"Seharusnya tagar โ#savehajilulung itu tidak perlu terjadi. Masyarakat juga seharusnya melihat (kejadian) secara keseluruhan. Bukan setengah-setengah sehingga melihat kenapa sampai keriuhan itu terjadi," kata Arief saat dihubungi, Jumat (6/3/2015).
Tagar #savehajilulung ini memang berbeda dengan Tagar #saveahok yang dulu sempat ramai di twitter. #savehajilulung lebih bernada satir, sindiran atau hujatan pada politisi PPP itu atas 'kericuhan' yang terjadi kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya hanya bilang pada SKPD 'dia tidak pantas jadi gubernur'," lanjutnya.
Menurutnya ucapan di media sosial tidak bisa sepenuhnya diterima mentah-mentah. Misalnya saja akun twitter yang menghujatnya disebut Arief banyak dari akun anonim dan dikoordinir seseorang.
"Kami bangga dan senang ada media sosial. Banyak yang memberikan masukan. Tapi kita paham siapa yang punya akun asli mana yang anonim. Kalau dia datang dari hati nggak mungkin memberikan hujatan. โSeharusnya mereka bertanya. Bukan menghujat seperti sekarang," ucapnya.
(bil/mok)