Rumit dan membutuhkan ketelitian merupakan salah satu cara membuat miniatur kapal pinisi. Di tengah keterbatasan fisik yang dideritanya saat kecelakaan 39 tahun silam, Sukardi atau akrab disapa Kakek Wadi terus menekuni membuat miniatur kapal pinisi dari tahun 1980 sampai saat ini.
Frustasi bagaimana cara untuk menyambung hidup menjadi awal mula Kakek Wadi menekuni membuat miniatur kapal pinisi. Saat itu pada tahun 1980, Kakek Wadi pulang ke rumahnya di Koja, Jakarta Utara usai 4 tahun tinggal di Yayasan Chises, Pondok Labu, Fatmawati, Jakarta Selatan. Di Yayasan Chises, ia membuat tongkat dan rumah boneka dengan rekan-rekannya penyandang disabilitas.
Kembali ke rumahnya, Kakek asal Indramayu ini, sempat membuka warung dan berjualan air keliling menggunakan gerobak. Namun, diantara kedua pekerjaan tersebut tidak ada yg bertahan lama lantaran ia mengalami kerugian. Alhasil Kakek Wadi merasa bingung apa yang harus dikerjakan. Selang beberapa hari kemudian, di daerah Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara, Kakek Wadi melihat penjual miniatur kapal keliling dan kemudian membelinya satu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan bermodalkan menggunakan bahan puluhan bambu muda sepanjang sekitar 40 cm, Kakek Wadi setiap harinya menekuni membuat miniatur kapal pinisi seorang diri dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Dalam seminggu 2 miniatur kapal pinisi dibuatnya.
"Kalau bambu dalam keadaan kering bapak bisa membuat dua kapal dalam seminggu. Tapi kalau bambu basah ya lama bisa lebih dari seminggu dua kapal ukuran kecil jadi," jelasnya sambil membuat jendela miniatur kapal.
Lanjutnya, kakek kelahiran tahun 1946 ini menjelaskan usai seluruh model kapal telah jadi, kapal dipoles menggunakan amplas. Hal itu ia lakukan sebelum permukaan kapal dipoles pernis.
"Setelah kapal dipoles pernis, kapal kemudian dikeringkan beberapa hari. Setelah selesai baru pembuatan tiang dan layar kapal," paparnya.
"Bahan layar dari bambu, jadi bambu di potong tipis-tipis dan diambil kulitnya, dan bagian dalam bambu untuk layar. Istrinya saya yang biasanya membuat layar," terang Kakek yang memiliki cucu 16 dan 3 cicit ini.
Setelah 8 kapal miniatur telah jadi, Kakek Wadi dengan menggunakan kursi rodanya siap menjual dagangannya di wilayah Koja yakni di sekitar jalan Rawa Binangun, jalan Cibadak, jalan Cikijang, jalan Deli, jalan Lorong, dan jalan Cimacan. Ia berjualan dari pukul 09.00 hingga pukul 18.00 WIB. Kapal Pinisi yang dijualnya juga murah.
(tfn/ndr)