Booming Batu Akik, JK Minta Batu-Batu Tidak Digali Tapi Dipelihara

Booming Batu Akik, JK Minta Batu-Batu Tidak Digali Tapi Dipelihara

- detikNews
Selasa, 03 Mar 2015 13:11 WIB
Booming Batu Akik, JK Minta Batu-Batu Tidak Digali Tapi Dipelihara
Jakarta - Booming batu akik menjadi trend sendiri masyarakat Indonesia saat ini. Hal ini membuat Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) juga ikut berkomentar soal fenomena batu itu. Baginya, batu-batuan itu harus dipelihara dan tidak digali.

"Dulu segala macam batu-batuan diangkat dari mana saja, sekarang kecuali batu giok tentu harus dipelihara dengan baik," kata JK sambil tertawa saat memberikan sambutan di acara 'Pendeklarasian Program Nasional Pembaruan Hukum SDA dan LH' di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (3/3/2014).

Saat ini ada perubahan persepsi masyarakat soal lingkungan hidup. Pada tahun-tahun dulu, pihak yang berhasil menghabiskan hutan dianggap hebat dan membanggakan. Kini, tindakan-tindakan seperti itu mendapatkan kecaman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang orang seperti itu akan jadi musuh bersama dan musuh dunia," kata JK.

"Dulu yang tangkap ikan dengan bom atau jala besar itu hebat, sekarang musuhnya Ibu Susi. Jadi ada perubahan jaman. Dulu kalau cari minyak babat hutan saja, sekarang tidak bisa. Dulu industri seenaknya buang kotorannya ke sungai karena itulah industri yang bagus. Sekarang dapat hukuman," jelasnya.

JK menjelaskan saat ini pentingnya ungsi dan kegunaan dan harmonisasi untuk menyelamatkan lingkungan dan manusia. Sebagai contoh, JK menyebut soal penyelamatan orang utan di hutan-hutan kalimantan dan sumatera.

"Yang sering dibicarakan itu dilema Orang utan penting untuk diselamatkan, tapi mana lebih penting orang yang mendapatkan kehidupan? jadi juga harus ada harmonisnya orang hutan dengan orang itu sendiri," kata JK.

"Kalau hanya kepentingan orang utan, maka manusia juga harus minggir dan tidak mendapatkan kehidupan. Tapi apabila orang terlalu dipentingkan semua hutan menjadi sawit, orang utan mati. Orang utan hanya indikator saja dari seluruhnya. kalau hutan habis, orang utan mati. makin kecil orang utan, makin rusak hutan. bukan hanya HAM, kadang-kadang hak asasi binatang juga dipertimbangkan dalam sinkronisasi ini," tambahnya.

Dirinya juga menyadari soal rusaknya hutan-hutan di Indonesia dan diperlukan penanganan yang lebih baik untuk menjaga kelestarian sumber daya alam Indonesia.

"Itu artinya kita telah merusak hutan di hulu, akbatnya banjir di Jakarta yang ongkos banjirnya jauh lebih mahal dari hutan yang ditanami untuk sayur dan sebagainya. Banjir di Bandung, karena di Garut semua hutan ditanam sayur," kata JK.

(fiq/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads