Kepada detikcom di ruangan kerjanya di ITB, Bandung, Jabar, Jumat (27/2/2015), Djoko mengungkapkan sejumlah spesies unik yang pernah diteliti. Satu yang masih diingat jelas adalah katak Kalimantan pada tahun 1978.
"Pada tahun 1978, saya menemukan katak yang diberi nama Barbourula kalimantanensis. Katak primitif ini biasanya di Eropa, ternyata ada di Indonesia, tepatnya di Kalimantan Barat-Kalimantan Tengah (Sungai Pinuh, Melawai, Seruyan)," kata Djoko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Djoko juga pernah menemukan spesies katak unik lainnya di Kalimantan pada tahun 2008. Awalnya dia curiga karena katak itu setelah ditangkap, lalu ditaruh di ember mati. Ternyata, itu adalah katak kepala pipih.
"Katak kepala pipih itu ternyata nggak memiliki paru-paru. Itu geger dunia. Jenis katak tersebut satu-satunya di dunia yang tidak punya paru-paru, bernafasnya menggunakan kulit," tambah Djoko. Katak Barbourula kalimantanensis dipublikasikan di jurnal Current Biology pada 6 Mei 2008.
Khusus untuk katak di atas, pria kelahiran Bandung, 23 Agustus 1950 ini, khawatir dengan keberadaannya. Sebab, populasinya minim. "Saya khawatir habitatnya hancur dan terancam punah karena daerah logging dan pertambangan. Terkena polusi sedikit, katak itu bisa habis. Katak ini hanya hidup di air," tambahnya.
Untuk mencari katak tanpa paru-paru tersebut, Djoko sempat kesulitan, bahkan sampai harus membongkar batu seberat 5-10 kilogram. Butuh waktu satu malam untuk mendapatkan dua katak.
"Saya sampai gemetaran kedinginan karena kondisi airnya dingin. Sekarang kalau kita bawa katak itu, keburu mati di perjalanan. Ya kecuali kalau bisa nyewa helikopter," ceritanya.
Selain katak, Djoko juga menemukan cicak bermotif batik. Menurutnya, cicak tersebut memiliki motif paling indah.
"Saya menemukan cicak di daerah Sulawesi (Gunung Tompotika di wilayah Sulteng). Spesies cicak bengkok ini diberi nama Cyrtodactylus batik. Ini cicak paling indah. Polanya seperti batik. Saya merasa bangga menemukan cicak batik itu," ungkapnya. Penemuan ini dipublikasikan di jurnal Zootaxa pada 29 April 2011.
(bbn/mad)