Isu itu dinilai tidak benar oleh rekan Teguh yang juga berprofesi sebagai hakim. "Enggak benar itu. Mental beliau itu luar biasa menghadapi putusan ini. Dibandingin sama saya, kalah jauh saya," kata seorang hakim PTUN Jakarta yang tak mau disebut namanya di Gedung PTUN Jakarta, Pulogebang, Jakarta Timur, Kamis (26/2/2015).
Dia mengatakan, ada alasan khusus yang membuat Teguh menangis dalam membacakan vonis. Menurutnya, sebenarnya Teguh berat membacakan putusan tanpa adanya islah yang terjadi antara dua kubu PPP. Apalagi proses terkait polemik PPP di PTUN ini sudah berjalan empat bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sulitnya membacakan putusan ini menurutnya membuat Teguh mengambil beberapa kutipan surat di Alquran. Dia coba mengingat dalam proses persidangan saat Teguh pernah memanggil dua kubu yang berseteru dengan panggilan hormat.
"Beliau pernah bilang yang terhormat Al Mukarom pihak bapak Haji Suryadharma Ali, Al Mukarom bapak Haji Romahurmuziy. Beliau sangat ingin dua kubu islah. Ini partai Islam, partai besar yang terus dilihat umatnya. Harusnya mesti bersatu bukan terus malah terbelah," katanya.
Hakim itu berkukuh Teguh menangis bukan karena tekanan intervensi satu pihak. Namun, kata dia, secara manusiawi, psikologis Teguh yang membuatnya meneteskan air mata adalah wajar dan tidak perlu dipersoalkan.
"Beliau sebenarnya tidak ingin ada putusan. Saat dibacakan, kalau menangis ya secara psikologis ya tidak apa-apa. Karena saat itu ada tokoh-tokoh, ulama yang punya pengikut dan dilihat publik. Berat buat keluarin putusan. Enggak semudah yang dikira," sebutnya.
(hat/trq)