"Saya tak begitu yakin kalau dia (Kim Jong Un) akan datang. Kalau dia jadi datang, ini merupakan kunjungan kenegaraan pertama kali dia ke luar negeri. Perjalanan pertama kalu terjadi. Tapi kan kalau nggak salah dia akan melakukan perjalanan pertamanya ke Rusia. Tetapi ya sangat menakjubkan apabila beneran datang," jelas Utusan Khusus PBB untuk Korut, Marzuki Darusman.
Hal itu disampaikan Marzuki Pusat Kebudayaan AS @america, Mal Pacific Place, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (25/2/2015) malam. Bila Korut datang pada KAA, efeknya tentu sangat positif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, dari informasi yang yang diterima dari Menlu Retno Marsudi dan Komisi I DPR, belum ada konfirmasi dari negara komunis itu untuk datang.
"Tadi kita melakukan pertemuan dengan Wakil Ketua DPR Pak Fadli Zon, kemudian menjalin kontak dengan Bu Menteri Luar Negeri menanyakan apakah ada tanda-tanda bahwa dia akan mengunjungi Indonesia? Tapi kan sampai sekarang belum ada kabar. Tapi memangkan sudah ramai sekali dibicarakan," imbuhnya.
Mengenai kondisi pelanggaran HAM di Korut yang mana Marzuki turut serta menyelidikinya, dikatakan Marzuki sudah sangat parah. Marzuki mencontohkan penculikan pada warga dan WNA tanpa batas waktu, tanpa melalui pengadilan dan sebagainya.
"Jadi Komisi Penyelidik mengirim surat kepada Pak Kim Jong Un untuk memberitahukan kepada Pak Kim bahwa bila tak ada tindakkan untuk perbaikkan HAM di negerinya maka secara hukum Pak Kim Jong Un itu turut bersalah dan akan dituntut di Pengadilan Internasional. Jadi surat itu sudah dikirim ke Pak Kim dan tak ada batas waktu untuk ia jawab," jelas Marzuki.
Dia juga mengimbau agar RI lebih aktif dalam kasus Korut, agar jangan hanya fokus ke Timur Tengah saja. Namun dia mengapresiasi sikap Indonesia di PBB yang mengalami kemajuan.
"Akhir-akhir ini ada kemajuan besar bahwa resolusi penyesalan tentang penekanan HAM di Korea Utara itu yang setiap tahun dilakukan di Dewan HAM itu Indonesia bergeser yang tadinya menolak resolusi yang menekan Korea Utara itu atas dasar solidaritas sejarah dan sebagainya, sekarang Indonesia memilih untuk abstain. Bergeser dari tidak menjadi abstain. Ini suatu kemajuan," jelas dia.
(nwk/mad)