"Saya kalau tidur, posisinya di bagian tembok, istri di pinggir. Agak jauh dari pintu kamar. Sering juga terbangun karena mimpi pengalaman saat di Timor Timur," ujar Tatang saat berbincang dengan detikcom di Jalan Lombok, Rabu (25/2/2015).
Bahkan saat terjaga, kerap terlintas apa yang dialaminya selama perang. "Saya dulu lewat kuburan saja enggak berani. Jadi penakut," akunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengatasi trauma selama pertempuran, Tatang mengaku melakukan berbagai kegiatan, salahsatunya bisnis warung makan. "Alhamdulillah sekarang sudah enggak. Apa yang saya lakukan di sana, itu untuk merah putih, untuk negara," tandasnya.
Ia juga mengaku menyembunyikan identitasnya selama puluhan tahun, sebelum adanya buku 'Sniper Training, Techniques and Weapons' karya Peter Brokersmith yang terbit pada 2000. "Istri dan anak saya enggak tahu, baru sekarang saja tahunya," tutur Tatang.
Saat Timor Timur akhirnya terpisah dari NKRI, Tatang mengaku sangat sedih. "Ribuan teman-teman saya mati di sana, terkubur di sana. Jelas saya sedih, tapi mau bagaimana lagi," katanya.
(ern/ndr)