4 Sniper Perempuan ini Cantik, Cerdas dan Mematikan

4 Sniper Perempuan ini Cantik, Cerdas dan Mematikan

- detikNews
Rabu, 25 Feb 2015 14:05 WIB
4 Sniper Perempuan ini Cantik, Cerdas dan Mematikan
(Foto: Reuters)
Jakarta - Sniper atau penembak jitu di angkatan bersenjata di dunia, rupanya tak hanya digeluti kaum Adam. Meski tidak banyak, kaum Hawa juga ini juga ada yang menjadi sniper dengan berbagai alasan, bahkan sejak Perang Dunia I. Siapa saja mereka?

Berikut daftar para sniper wanita tersebut seperti dikutip dari majalah detik edisi 167 "Sim Salabim Feriyani Lim":

(Foto: Reuters)

1. Denis Sipan

(Foto: CBS News)
Sudah lima bulan lamanya Denis Sipan berada di garis depan medan pertempuran. Perempuan muda itu meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang guru sekolah dasar di Kurdi dan memilih bertarung di Kobane, Suriah sebagai sniper. Ia bergabung dengan milisi Kurdi atau dikenal sebagai Unit Perlindungan Rakyat (YPG), kelompok pembela tiga kelompok kecil Kurdi di utara Suriah.

Para militan Kurdi tersebut selama setahun ini memerangi ISIS, kelompok jihad garis keras yang ingin menciptakan negara Islam di seluruh wilayah Irak dan Suriah.

"Jika kami tidak melakukannya, seluruh tempat akan penuh ISIS dan mereka akan menghancurkan segalanya," kata Denis kepada CBS News, 5 Februari lalu.

Denis dan YPG dalam beberapa minggu terakhir berhasil merebut kembali 50 desa di wilayah Kobane. Padahal perlengkapan tempur mereka sangat terbatas. Denis pun harus berbagi senapan dengan anggota milisi setiap kali akan beraksi. Ia bertempur bersama-sama relawan lokal, kelompok yang terdiri dari petani gandum, ibu rumah tangga dan pemilik toko, dengan menggunakan senjata yang mereka beli di pasar gelap.

Sebelum ISIS berhasil dibungkam, Deni menyatakan tak akan kembali mengajar. Prioritasnya saat ini adalah melindungi diri, teman-teman, dan negaranya. "Aku tak berpikir kembali ke sekolah,” ujarnya.

1. Denis Sipan

(Foto: CBS News)
Sudah lima bulan lamanya Denis Sipan berada di garis depan medan pertempuran. Perempuan muda itu meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang guru sekolah dasar di Kurdi dan memilih bertarung di Kobane, Suriah sebagai sniper. Ia bergabung dengan milisi Kurdi atau dikenal sebagai Unit Perlindungan Rakyat (YPG), kelompok pembela tiga kelompok kecil Kurdi di utara Suriah.

Para militan Kurdi tersebut selama setahun ini memerangi ISIS, kelompok jihad garis keras yang ingin menciptakan negara Islam di seluruh wilayah Irak dan Suriah.

"Jika kami tidak melakukannya, seluruh tempat akan penuh ISIS dan mereka akan menghancurkan segalanya," kata Denis kepada CBS News, 5 Februari lalu.

Denis dan YPG dalam beberapa minggu terakhir berhasil merebut kembali 50 desa di wilayah Kobane. Padahal perlengkapan tempur mereka sangat terbatas. Denis pun harus berbagi senapan dengan anggota milisi setiap kali akan beraksi. Ia bertempur bersama-sama relawan lokal, kelompok yang terdiri dari petani gandum, ibu rumah tangga dan pemilik toko, dengan menggunakan senjata yang mereka beli di pasar gelap.

Sebelum ISIS berhasil dibungkam, Deni menyatakan tak akan kembali mengajar. Prioritasnya saat ini adalah melindungi diri, teman-teman, dan negaranya. "Aku tak berpikir kembali ke sekolah,” ujarnya.

2. Guevara

(Foto: Reuters)
Guevara menjadi sniper setelah anak lelaki (7 tahun), dan perempuannya (10) tewas oleh serangan udara pesawat tempur rezim Bashar al-Assad. Sejak itu, ia berhenti mengajar bahasa Inggris dan memilih ke medan pertempuran. Senapan FN Belgia menjadi andalannya untuk melumpuhkan tentara pendukung rezim pemerintahan Assad.

"Aku menyukai peperangan. Ketika menyaksikan salah satu temanku di katiba (divisi pemberontak) tewas, aku merasa harus memegang senjata dan membalas dendam," ujar wanita berusia 36 tahun itu kepada Ruth Sherlock di harian The Telegraph terbitan 4 Februari 2013.

Meskipun sedang perang, Guevara selalu tampak rapi - alis yang sempurna, perona pipi, dan sedikit penegas garis mata. Sepatu bot kulit kecil dengan tumit, dan gelang emas memperlihatkan sisi femininnya. Kaum pria yang memanggul senjata melawan pemerintah amat menghormatinya.

Tidak mudah untuk menjadi seorang sniper. Selain harus cepat, cermat dan cerdas untuk tidak membiarkan musuh menembak terlebih dahulu, "Juga perlu bersabar. Saya (pernah) menunggu berjam-jam pada suatu waktu," ujarnya.

Melalui lubang kecil di tempat persembunyian, Guevara melihat tentara pemerintah kurang dari 700 meter di seberang jalan, berbaur di antara warga sipil yang bergerak cepat, mencoba untuk melanjutkan kehidupan mereka meskipun perang.

Perempuan asal Palestina yang pernah kuliah di Aleppo University itu mahir menggunakan pistol dan beroperasi dalam perang setelah mengikuti kamp pelatihan militer di Lebanon yang dijalankan oleh faksi militan Palestina Hamas.

Guevara meninggalkan suami pertamanya karena dianggap tidak cukup 'revolusioner'. Ia menikah lagi dengan komandan brigade milisi. Semula, sang suami pun menolak untuk mengizinkan Guevara bertempur di garis depan. Izin didapat setelah ia mengancam akan meninggalkannya. β€œAku punya kekuatan untuk memegang senjata, jadi mengapa aku tidak boleh bertempur?" Suaminya pun takluk dan mengajarinya seni menembak jitu.

2. Guevara

(Foto: Reuters)
Guevara menjadi sniper setelah anak lelaki (7 tahun), dan perempuannya (10) tewas oleh serangan udara pesawat tempur rezim Bashar al-Assad. Sejak itu, ia berhenti mengajar bahasa Inggris dan memilih ke medan pertempuran. Senapan FN Belgia menjadi andalannya untuk melumpuhkan tentara pendukung rezim pemerintahan Assad.

"Aku menyukai peperangan. Ketika menyaksikan salah satu temanku di katiba (divisi pemberontak) tewas, aku merasa harus memegang senjata dan membalas dendam," ujar wanita berusia 36 tahun itu kepada Ruth Sherlock di harian The Telegraph terbitan 4 Februari 2013.

Meskipun sedang perang, Guevara selalu tampak rapi - alis yang sempurna, perona pipi, dan sedikit penegas garis mata. Sepatu bot kulit kecil dengan tumit, dan gelang emas memperlihatkan sisi femininnya. Kaum pria yang memanggul senjata melawan pemerintah amat menghormatinya.

Tidak mudah untuk menjadi seorang sniper. Selain harus cepat, cermat dan cerdas untuk tidak membiarkan musuh menembak terlebih dahulu, "Juga perlu bersabar. Saya (pernah) menunggu berjam-jam pada suatu waktu," ujarnya.

Melalui lubang kecil di tempat persembunyian, Guevara melihat tentara pemerintah kurang dari 700 meter di seberang jalan, berbaur di antara warga sipil yang bergerak cepat, mencoba untuk melanjutkan kehidupan mereka meskipun perang.

Perempuan asal Palestina yang pernah kuliah di Aleppo University itu mahir menggunakan pistol dan beroperasi dalam perang setelah mengikuti kamp pelatihan militer di Lebanon yang dijalankan oleh faksi militan Palestina Hamas.

Guevara meninggalkan suami pertamanya karena dianggap tidak cukup 'revolusioner'. Ia menikah lagi dengan komandan brigade milisi. Semula, sang suami pun menolak untuk mengizinkan Guevara bertempur di garis depan. Izin didapat setelah ia mengancam akan meninggalkannya. β€œAku punya kekuatan untuk memegang senjata, jadi mengapa aku tidak boleh bertempur?" Suaminya pun takluk dan mengajarinya seni menembak jitu.

3. Roza Shanina

(Foto: Wikipedia)
Di dunia militer, Roza Shanina, 19 tahun, dikenal sebagai sniper perempuan pertama. Gadis Rusia itu terjun ke medan perang setelah saudara lelakinya tewas oleh tentara Jerman pada 1941. Salah satu kisah Shanina yang melegenda adalah kemampuannya menembak dua target bergerak dalam satu tarikan pelatuk senapan.

Catatan harian Shanina yang banyak menginspirasi para sniper perempuan Rusia di era berikutnya dipublikasikan secara luas pada 1965. Shania meraih penghargaan β€œOrder of Glory”.

3. Roza Shanina

(Foto: Wikipedia)
Di dunia militer, Roza Shanina, 19 tahun, dikenal sebagai sniper perempuan pertama. Gadis Rusia itu terjun ke medan perang setelah saudara lelakinya tewas oleh tentara Jerman pada 1941. Salah satu kisah Shanina yang melegenda adalah kemampuannya menembak dua target bergerak dalam satu tarikan pelatuk senapan.

Catatan harian Shanina yang banyak menginspirasi para sniper perempuan Rusia di era berikutnya dipublikasikan secara luas pada 1965. Shania meraih penghargaan β€œOrder of Glory”.

4. Lyudmila Pavlichenko

(Foto: Getty Image)
Selama Perang Dunia I dan II, Rusia diketahui paling banyak menggembleng warganya nan cantik, cerdas, tapi punya naluri membunuh tinggi sebagai penembak jitu atau sniper. Penembak jitu perempuan yang paling legendaris adalah Lyudmila Pavlichenko. Dia lahirΒ  di Belaya Tserkov, wilayah Ukraina pada 12 Juli 1916. Mahasiswi jurusan Sejarah Universitas Kiev ini ikut terjun dalam perang Dunia II saat Jerman menyerang Russia.

Pavlichenko yang tomboy sebetulnya melamar untuk menjadi perawat di divisi Infanteri. Tapi di tengah jalan ia dipindahkan ke divisi sniper. Dia bergabung dengan 2000 perempuan lainnya yang akan dilatih menjadi sniper.

Prestasinya melumpuhkan lawan mengalahkan legendaris sniper Rusia Vasily Zaytsev. Pavlichenko telah membunuh 309 prajurit Jerman, termasuk 36 Sniper tentara jerman. Sementara Vasily Zaytsev cuma membunuh 148 tentara Nazi. Pavlichenko berpulang pada 10 Oktober 1974Β  dalam usia 58 tahun.

4. Lyudmila Pavlichenko

(Foto: Getty Image)
Selama Perang Dunia I dan II, Rusia diketahui paling banyak menggembleng warganya nan cantik, cerdas, tapi punya naluri membunuh tinggi sebagai penembak jitu atau sniper. Penembak jitu perempuan yang paling legendaris adalah Lyudmila Pavlichenko. Dia lahirΒ  di Belaya Tserkov, wilayah Ukraina pada 12 Juli 1916. Mahasiswi jurusan Sejarah Universitas Kiev ini ikut terjun dalam perang Dunia II saat Jerman menyerang Russia.

Pavlichenko yang tomboy sebetulnya melamar untuk menjadi perawat di divisi Infanteri. Tapi di tengah jalan ia dipindahkan ke divisi sniper. Dia bergabung dengan 2000 perempuan lainnya yang akan dilatih menjadi sniper.

Prestasinya melumpuhkan lawan mengalahkan legendaris sniper Rusia Vasily Zaytsev. Pavlichenko telah membunuh 309 prajurit Jerman, termasuk 36 Sniper tentara jerman. Sementara Vasily Zaytsev cuma membunuh 148 tentara Nazi. Pavlichenko berpulang pada 10 Oktober 1974Β  dalam usia 58 tahun.
Halaman 2 dari 10
(nwk/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads