"Masalah hukuman mati ada telepon dari Presiden Brasil, Presiden Perancis, Belanda juga. Kalau Australia tidak," ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (24/2/2015).
Namun semua permohonan tersebut, kata Jokowi, tak mengubah keputusan RI untuk membatalkan eksekusi mati. Gelombang kedua eksekusi mati pun akan segera dilakukan dalam waktu dekat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Soal kapan waktu eksekusi (mati), tanya ke eksekutornya," lanjut dia.
Sebelumnya saat rapat di DPR, Jaksa Agung HM Prasetyo memaparkan bahwa terpidana mati gelombang II berasal dari negara Perancis, Ghana, Cordova, Brasil, Filipina, Australia, dan WNI. Di antara terpidana yang akan dieksekusi ada nama duo Bali Nine Myuran Sukumaran dan Andrew Chan yang berkebangsaan Australia, serta Rodrigo Gularte asal Brasil.
Pada gelombang pertama pun ada pula WN Brasil yang dieksekusi atas kasus narkoba, yakni seorang pilot bernama Archer. Saat itu Dubes Brasil untuk RI sempat ditarik pulang, namun kini telah berkantor lagi di Jakarta. Kini giliran Dubes RI untuk Brasil Toto Riyanto yang dipulangkan karena upacara kredensial yang ditunda.
Sementara itu PM Australia Tony Abbott malah mengeluarkan pernyataan kontroversial yang mengungkit-ungkit bantuan pada bencana tsunami Aceh tahun 2004. Meski sudah diklarifikasi oleh Menlu Australia Julie Bishop, namun ucapan Abbott telah menyulut reaksi masyarakat Indonesia dengan dilakukanya aksi mengumpulkan koin untuk Abbott.
(bpn/bar)