"Lanjut terus. Tidak perlu takut. Apa yang dilakukan Australia dan Brazil itu hanya reaksi sesaat saja," ujar pengamat psikologi politik Universita Indonesia (UI), Sigid Edi, saat dihubungi detikcom, Senin (23/2/2015).
Dia menyontohkan hubungan diplomatik Indonesia- Austrlia pernah renggang karena kasus Balibo dan penyadapan. Tapi itu hanya terjadi sekilas dan sempat membaik kembali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait aksi Australia yang menyinggung bantuan tsunami dan Brasil yang tidak menerima Dubes RI Toto Royanto, Edi menilai itu hanya reaksi sesaat. Menurut Edi setiap negara akan melakukan segala cara bentuk diplomatik atau politik agar warganya tidak dihukum mati di negera lain.
"Saya rasa itu peristiwa diplomatik biasa saja dan semua bangsa mengalami hal itu," ucapnya.
Dua WN Australia yang akan dieksekusi adalah Andrew Chan dan Myuran Sukumaran yang membawa 8,2 kg heroin. Adapun WN Brasil adalah Rodrigo Gularte membawa 6 kg kokain di Bandara Soekarno-Hatta pada 31 Juli 2004. Mereka semua dihukum mati.
Atas vonis itu, pemerintah Indonesia berencana akan melakukan eksekusi mati dalam waktu dekat. Australia meminta eksekusi dibatalkan dengan mengungkit bantuan tsunami. Adapun Presiden Brasil Dilma Rousseff tiba-tiba tidak menerima Dubes RI untuk Brasil, Toto Riyanto. Padahal Toto telah tiba di Istana Brasil.
(rvk/asp)