Jakarta -
Ombak putih-putih ombak datang dari laut/Kipas lenso putih tanah Ambon sudah jauh/Ole sio-sio sayangge...Begitulah syair lagu daerah yang menggambarkan betapa eloknya panorama laut Maluku. Tapi semua itu nyaris tak ada artinya, ketika wilayah ini dilanda konflik antarwarga sejak 1998. Lagu
Ambon Manise yang sering didendangkan pun menjadi asing.Maluku yang dulu sering dikunjungi oleh orang-orang Eropa untuk menikmati keindahan alam lautnya, semakin jauh dari kunjungan wisatawan asing. Jangankan orang asing, warga lokal pun seakan tak mempunyai objek wisata lagi. Banyak pantai indah menjadi porak-poranda akibat kerusuhan. Kini setelah dua atau tiga tahun belakangan ini konflik mereda, warga dan pemerintah setempat berbenah, menghidupkan kembali berbagai potensi alam untuk wisata. Mereka tengah bekerja keras untuk menarik kembali kunjungan wisatawan. Sebagai daerah kepulauan Maluku memiliki potensi besar untuk wisata pantai. Sepanjang garis pantai Pulau Ambon saja, terdapat 12 kawasan wisata, yang terletak di Jazirah (Pegunungan) Leihitu, seperti pantai Natsefa, Hunimua Indah Liang, Pantai Hook Waai, Batu Kuda Tulehu, Pasir panjang Putih Tial, Manuala Kaitetu, Pulau Tiga, Asilulu, dan Batu Layar Larike. Sementara pada Jazirah Leitimur, terhampar kawasan wisata pantai Namalatu Latuhalat, Eri, Pintu kota, Santai Beach dan Wisata Tirta kencana Amahusu. Semuanya terletak di wilayah Kecamatan Nusaniwe kota Ambon. Semua kawasan wisata pantai ini, ada yang dikelola Pemda maupun pihak swasta.Ini baru bicara Pulau Ambon. Belum lagi bila kita bicara obyek wisata di Kepulauan Kia, yang terkenal dengan Pantai Pasir Panjang, tarian Bambu Gila dan kerjinan tangan beraneka ragam. Lalu di Kepulauan Aru terdapat taman laut, taman margasatwa dan berbagai rupa upacara tradisonal. Dan yang tak boleh dilupakan adalah keindahan laut Kepulauan Banda.Di Pulau Ambon, kawasan pantai pasir putih Natsefa terletak sekitar 17 km dari Ambon. Pantai dikelola oleh Sekolah Calon Tamtama TNI-AD sejak 1982. Tak sulit mencapainya. Pantai itu bisa dituju dengan kenderaan roda dua maupun angkutan umum jurusan Kecamatan Salahutu dengan tarif Rp 3.000,- hingga Rp 5.000,- Di sana terdapat berbagai seni khas daerah: tari lenso, atraksi Bambu Gila, nyanyian merdu nona dan nyong Ambon dengan petikan alat musik tradisonal hawaian maupun makanan rujak khas Natsefa. Hamparan pasir putih dengan gemericik ombak di Pantai Natsefa membuat sebagian pengunjung bisa bertahan hingga semalam suntuk. Dikawasan Pantai Natsefa yang luasnya sekitar 1 Km dan lebar 50 meter ini, pengunjung dapat melakukan olahraga berselancar, diving maupu menyelam guna melihat keindahan bawah laut."Dulu sebelum konflik meletus, kami biasa dirikan tenda di pantai dan menikmati sinaran bulan di sini. Kegiatan itu kami lakukan bersama-sama teman-teman muslim," ujar Mery Tatipata (32) saat ditemui
detikcom di Pantai Natsefa, Minggu (23/1/2005).Tuturan yang sama juga disampaikan, Suyoto (49), penjaga pintu masuk Pantai Natsefa. Menurutnya, Natsefa sebelum konflik banyak dikunjungi para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. "Sebelum konflik dulu, kadang-kadang para turis nginap dan tidur-tiduran di pantai. Namun saat ini tidak ada lagi," ungkap Suyoto.Namun kondisi Maluku yang kian kondusif membuatnya optimis kembali. "Saya yakin pantai ini akan ramai kembali seperti dulu. Apalagi situasi keamanan dan kesadaran masyarakat untuk tidak berkonflik makin meningkat," ujarnya.Lelaki asal Magelang Jawa Tengah ini juga memaparkan, sejak dirinya bekerja kembali delapan bulan lalu, baru tiga orang turis asing yang datang ke Natsefa. "Baru tiga orang, mereka berasal dari Kanada dan Australia," ungkapnya.Menurut Suyoto, pada masa pascakonflik ini, Pantai Natsefa jika hari libur bisa menghasilkan Rp 800 ribu dari bea masuk. Namun kalau hari biasa hanya Rp 20.000,- saja. Bea masuk yang dipatok bagi setiap pengunjung memang beragam: per orang Rp 1.000,- sepeda motor Rp 1.500,- dan mobil Rp 2.000,- "Harga masuk pengunjung berlaku sama, baik untuk turis asing maupun lokal."Ditanya soal rencana kunjungan 250 wisatawan mancanegara asal Eropa 19 Februari 2005 mendatang, Suyoto mengaku belum tau menahu. "Kami belum diberitahu tentang kunjungan itu. Jadi belum ada persiapan apa-apa," katnya. Namun kalu turis Eropa itu dijadwalkan mampir ke Pantai Natsefa, Sunyoto mengaku siap menerimanya. Pantai Natsefa memang sudah ramai dikunjungi wisatawan pada hari libur, meskipun sajian tari dan nyanyi belum ditampilkan seperti saat sebelum konflik. Tapi, kunjungan 250 wisatawan Eropa ke Pantai Netsafa atau tempat-tampat lain, menjada bertanda bahwa Maluku sudah normal.
(diks/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini