Cerita Kompol Arsya di Depan Komisi III DPR Saat Dipukuli Anggota TNI di Bengkel Cafe

Cerita Kompol Arsya di Depan Komisi III DPR Saat Dipukuli Anggota TNI di Bengkel Cafe

- detikNews
Selasa, 17 Feb 2015 20:50 WIB
Jakarta - Kompol Arsya Khadafi dihadirkan saat Komisi III DPR bertemu Kapolda Metro Jaya Irjen Unggung Cahyono. Di depan anggota Komisi III DPR antara lain Benny K Harman, Aziz Syamsuddin, dan Abu Bakar Alhabsy, Arsya menuturkan penganiayaan yang dialaminya.

"Selain kami melakukan giat kasus kriminal umum, kami juga bertugas melakukan penangkapan atau penyidikan tindak pidana perjudian serta di tempat hiburan malam. Tugas kami memang melakukan kegiatan lidik di tempat hiburan malam‎," jelas Arsya memberi penjelasan di Mapolda Metro Jaya, Selasa (17/2/2015).

Arsya yang memakai kemeja biru berdiri memegang mic. Arsya menyampaikan kesaksiannya. Arsya yang mengalami luka paling parah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami jelaskan, kami kesana menemui 3 orang informan yang akan memberikan kami informasi mengenai prostitusi online serta judi online, serta penggunaan Medsos terkait dengan tindak pidana terorisme," terang dia.

Arsya mengalami luka cukup parah akibat pengeroyokan di Bengkel Cafe, SCBD, Jaksel, Sabtu (7/2) dini hari lalu. Luka yang dideritanya itu ada di sekujur tubuh, bahkan di wajahnya ada jejak sepatu lars.

Arsya yang juga bagian dari tim khusus Bareskrim ini menjelaskan, dia bersama timnya di Bengkel Cafe karena dekat dengan Polda. Dan Bengkel Cafe juga relatif sopan.

"Karena tempat tersebut dekat dengan Polda, dan juga relatif tempat lebih sopan‎. Jadi informan untuk ke tempat kami (Polda) dia tidak berkenan. Untuk kepentingan untuk kepentingan tugas, kita ikuti. Dia minta tempat tertutup, kita siapkan di sana," urai dia.

"Di sana kami sedang melaksanakan pemberian informasi," tambahnya.

Arsya menjelaskan, sekitar pukul 01.15 WIB, ketika informan sudah selesai dan pulang, sambil menunggu tagihan anggota tim berbincang santai.

"Kemudian dua orang berseragam dari Pom AL masuk, minta 'KTP. Kami minta penjelasan 'ini bapak dari mana?' Dia bilang dari Pom AL sedang razia. Saya tanya 'maaf, bapak ada surat perintahnya nggak?' Kami dari polda Metro Jaya," urai Arsya.

"Tapi dia mengambil paksa dompet dari Kompol Budi Hermanto. Pada saat itulah Kompol Budi hermanto menegur, 'Bukan begitu caranya Pak, bapak tunjukkanlah surat tugas, jangan main rampas, karena kami juga biasa razia gabungan tapi bukan begini caranya," sambung Arsya lagi.

Menurut Arsya, ternyata apa yang disampaikan rekannya Budi Hermanto dianggap sebagai bentuk perlawanan dari dua orang anggota Pom AL tersebut.

"Karena saya melihat situasi tidak kondusif, saya menyampaikan 'tolong panggil perwiranya, biar kami jelaskan'. Ternyata saya mau keluar, di luar ternyata sudah banyak berkumpul, mau masuk. Kemudian saya bilang jangan masuk dulu. Tolong panggil perwiranya," tegas Arsya.

"Lantas kami undang dua orang provos agar masuk. Provos datang, kami jelaskan identitas kami. ‎Kami sedang bertugas, Provos itu tidak ada masalah dan berkata 'Iya pak, nanti kita laporkan'," tambah Arsya lagi.

Arsya kembali melanjutkan ceritanya. Tiba-tiba datang seseorang berpakaian preman, pria itu mengaku wakil komandan operasi. "Mayor Duki atau Tugi gitu," jelas Arsya.

"Dia menyatakan anggotanya tidak terima karena tidak mau diperiksa. Kami sampaikan kami sedang melaksanakan tugas. ‎Kita pikir sudah tidak ada masalah karena sudah tertawa-tawa. Mereka keluar, kami menunggu," imbuhnya.

Tapi kemudian, sekitar 5 menit masuk dari pintu dengan keras seseorang berjaket hitam. "Dengan keras dia sampaikan, siapa tadi yang tidak mau diperiksa sama anggota," tutur Arsya menirukan.

"Kita tanya, bapak dari mana, 'saya kolonel yang mimpin operasi ini. Diajak duduk oleh AKBP Helmi‎ (Helmi Santika Wadir Reskrimum Polda Banten yang ada bersama Arsya). Saya duduk di sebelahnya. Kemudia Bapak Budi izin ke kamar mandi," urai dia.

Nah, saat itu kemudian masuk sekitar 20 atau 30 orang ke dalam ruangan. Mereka langsung menuju kamar mandi. "Dengan mengatakan 'Oh itu tadi orangnya!'. Digedor pintu kamar mandi 'Oh itu buang narkoba!'," tutur Arysa.

"Padahal kami sedang memberikan penjelasan kepada seorang kolonel. Kemudian saya berdiri 'pak tunggu dulu, bukan begini caranya'," sambung Arsya lagi.

Seorang anggota TNI yang menggedor pintu WC kemudian menuding Arsya. Saat itu dia membawa tas selempang.

"Di situ ada senjata saya, identitas saya, dan sprin (surat perintah) saya. Tas saya ditarik. Saya bilang 'nggak gini caranya'," imbuhnya.

"Karena mereka kerumumnan. Bagaimana saya mempercayakan barang saya terhadap kerumumnan orang, tidak ada tanggung jawabnya nanti kan. Saya mau serahkan ke komandannya. Ternyata mereka tetap masih narik. Di situlah saya dipukul, tangan saya dipegang, kaki saya dipegang, sampai tas saya putus. Saya dipukul di bagian leher (belakang) beberapa kali, sehingga saya jatuh pingsan," ungkap Arsya.

Pada saat pingsan tersebut, Arsya mengaku merasakan nyeri di wajah dan tangannya. Pada saat dia bangun, ternyata dia sudah terborgol.

"Kemudian saya merasa ada cairan di pipi saya, ternyata darah. Saya diangkat, saya merasa ada seseorang yang mengambil cincin kawan saya. Saya bilang 'cincin saya jangan diambil!' Kemudian saya dipukul, 'sudah diam kamu, ikut!'" ungkap Arsya.

Dengan tangan terborgol, dia dibawa dari ruangan tersebut sampai ke mobil. Arsya sudah mendapatkan beberapa tindakan penganiayaan‎. "Saya rasa itu mungkin tercover dari CCTV dari hall sampai loby," ucapnya.

Arsya kemudian dimasukkan ke dalam mobil tahanan. Dia juga diajak berputar-putar ke sejumlah tempat.

"Kemudian ternyata saya mau minta izin komandan saya, tapi nggak dikasih. Ternyata di AKP Rovan masih terselip handphone kecil. Itulah yang kami gunakan melaporkan ke komandan," ujarnya.

"Setelah sampai di Pom AL, kami dibawa ke satu ruangan, saya menjelaskan. Kami disampaikan, di situ protapnya adalah cek urine. Kami sampaikan di situ, 'Pak, jangankan cek narkoba, alkohol saja kami siap, silakan'," lanjutnya lagi.

Setelah selesai di Pom AL dia kemudian dibawa ke rumah sakit. "Kami langsung cek urine. Dan memang kami tidak mengkonsumsi narkoba," tutup dia.

(dnu/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads