"Bila Ketua MPR ini berhasil menggantikan Hatta Rajasa dalam Kongres PAN ke-4 yang akan datang, partai berlambang matahari bersinar ini akan menjadi partai satu-satunya yang mengintrodusir kerja-kerja politik berupa advokasi problem-problem masyarakat bangsa dari tingkat lokal hingga nasional," kata politikus senior PAN, Totok Daryanto, dalam siaran pers, Selasa (17/2/2015).
Lebih lanjut Totok menambahkan bahwa partai advokasi bertumpu pada sumber daya manusia. Dalam waktu dua tahun belakangan ini sudah dilakukan sosialisasi jalan baru partai dan training-training kader serta praktik langsung mengenali problem-problem kemasyarakatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut kader senior PAN yang sudah duduk di kursi DPR RI selama tiga periode ini, gagasan tersebut disambut antusias kalangan cendekiawan aktivis yang prihatin terhadap proses deligitimasi parpol dewasa ini. Mereka menilai PAN mempunyai kesadaran untuk keluar dari krisis kepercayaan publik terhadap parpol.
Kepeloporan PAN ini diharapkan membawa angin segar perubahan budaya politik nasional menuju terwujudnya fungsi representasi parpol dalam sistem demokrasi yang sehat.
Pada tahun ketiga dan seterusnya, lanjut Totok, PAN diharapkan telah menjilma menjadi partai advokasi yang menyuarakan kepentingan rakyat dari tingkat lokal hingga nasional.
"Perubahan kultur itu sulit hanya di masa awalnya saja," kata Mantan Ketua Bapilu PAN era Soetrisno Bachir ini.
Begitu sudah berjalan akan menggelinding dengan sendirinya. "Perbuatan baik itu akan menarik kebaikan lainnya," lanjutnya.
Sehingga proses seleksi kader dan merit sistem akan terbawa serta sebagai manfaat ikutan yang menyertainya. "Dengan fokus kepada program advokasi PAN akan menjadi rumah besar yang menyenangkan bagi kader-kader idealis. Dalam jangka panjang PAN akan memanen tokoh-tokoh politik berkualitas yang siap memikul tanggung jawab memegang jabatan di legislatif maupun di eksekutif," harapnya.
Diyakini pula bahwa konflik internal juga akan berkurang manakala para kader partai mempunyai kesibukan yang produktif dalam menjalankan fungsi representasi. Politisi banyak konflik karena partai tidak memiliki program kerja politik yang produktif.
"Dengan orientasi kerja partai di dalam mengadvokasi problem-problem bangsa akan tumbuh kader-kader yang terasah empatinya. Dan orang yang memiliki empati akan semakin berkurang egoismenya sehingga menjadi jarang pula terjadi konflik kepentingan pribadi," pungkasnya.
(bil/van)