Keluh kesah itu disampaikan saat Kampanye Publik dan Dialog Interaktif 'Mempromosikan Migrasi Aman dan Mencegah Tindak Pidana Perdagangan Orang' di Paroki Atapupu, Atambua, Kabupaten Belu, NTT, Sabtu (14/2/2015). Menaker Hanif menjadi salah satu pembicara.
Plt Bupati Belu Wilhelmus Foni dalam sambutannya mengungkapkan bahwa ada 238 ribu jiwa di Belu dan 54 ribu di antaranya merupakan penduduk miskin. Mereka ini yang potensial melakukan migrasi tidak aman hingga jadi korban perdagangan orang (human trafficking).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agar tidak mudah ditipu, menurut Wilhelmus, para calon TKI harus mendapat pelatihan yang tepat. Sayangnya, Belu belum memiliki balai pelatihan tenaga kerja sendiri.
"Bangun, kasih kami balai latihan tenaga kerja. Daripada latihan di Jawa. Dibenahi PJTKI-nya," ucapnya.
Sebanyak 80% TKI asal Belu memilih negara tujuan ke Malaysia. Wilhelmus mengakui bahwa kualitas SDM warganya memang masih kurang.
"Kualitas SDM masih rendah. Belu subur, tapi semua maunya kerja di negeri orang," keluhnya.
Hanif mengaku akan mempertimbangkan permintaan Bupati Belu tersebut. Politikus PKB itu berujar ingin menggalakkan kampanye migrasi yang aman.
"Aspirasi Badan Latihan Ketenagakerjaan kita pertimbangkan. Coba kita lihat, kalau mungkin dibangun BLK, itu hal yang baik. Mereka yang terdidik dan terlatih kita beri dorongan untuk migrasi secara aman," tuturnya.
Dialog ini dihadiri sekitar 1000 orang warga mulai dari usia produktif hingga anak-anak. Acara ini diselenggarakan oleh International Organization of Migration, Keuskupan Atambua dan Kedubes Norwegia.
(imk/aan)