Mereka meminta agar pimpinan Polri Bersikap tegas untuk menuntaskan kasus pengeroyokan tersebut. Jangan sampai ada kesan pembiaran dan βpendiaman, meski ada anggota yang terluka saat bertugas.
"Concern kami setelah ada kasus ini, kami tidak melihat ada respons dari Kapolri, seperti tidak ada apa-apa, padahal anak buah mendapatkan kekerasan," ujar anggota Kompolnas, Adrianus Meliala kepada wartawan saat jumpa pers di kantor Kompolnas, Jalan Tirtayasa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (12/2/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kompolnas sendiri mengaku telah menjenguk kedua perwira polisi tersebut di Rumah Sakit tempat mereka mendapatkan perawatan.
"Ada jejak kaki dan jejak pukulan yang kami anggap penganiayaan.β Kami ingin mengatakan bahwa seharusnya pimpinan dapat bersikap lebih tegas, apabila ada anak buah seperti ini, jangan terlihat seperti adanya sikap pendiaman," kata Adrianus.
Anggota Kompolnas, M Nasser menambahkan, Kompolnas memastikan bahwa kedua perwira,yakni Kompol Teuku Arsya Khadafi (anggota Subdit Jatanras Polda Metro Jaya) dan Kompol Budi Hermanto (Pamen Polri) serta AKP Rovan, saat itu memang sedang melaksanakan tugas khusus dari Bareskrim Polri.
"Mereka sudah kami minta, dan memang ada surat tugasnya. Tes urine dan tes alkoholnya juga negatif. Jadi mereka di sana hanya melakukan tugas-tugas kepolisian," tutupnya.
Saat kejadian pada 6 Februari dini hari, sekitar 30 anggota POM TNI AL melaksanakan razia gabungan bersama Provost Polri di Bengkel Kafeβ, SCBD. Disanalah mereka menggeledah perwira Polri tersebut. Menurut pihak Polri, kedua perwira mendapat penganiayaan oleh oknum TNI yang sedang operasi. Pihak TNI saat itu juga merampas 2 pucuk senjata organik kedua anggota Polri tersebut.
(rni/ndr)