"Utara kita sekarang itu di bawah laut, sungai-sungai kita. Kalau penurunan tanah gimana? Anda mesti melarang orang ambil air tanah. Melarang orang mengambil air tanah. Kalau penurunan tanah gimana? Mesti melarang orang ambil air tanah," ungkap Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok) usai meninjau tanggul Kali Sunter, Jakut, Kamis (12/2/2015).
Kualitas air yang sudah tercampur air laut ditambah pencemaran limbah menjadikan pengolahan air sangat penting. Salah satu solusi yang dilakukan warga dengan membeli air yang bersumber dari Jatiluhur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itulah Ahok memutuskan untuk membangun sistem pengolahan air yang selama ini dikuasai oleh pihak swasta. Pengolahan air bekerja sama dengan pihak swasta yang dimaksud Ahok.
"Anda mesti kuasai Palyja (PAM Lyonnaise Jaya) dan Aetra. Karena perusahaan air minum itu nggak tahu gimana zaman pak Harto dulu dikuasai oleh swasta dan dia seenaknya. Kita mesti jamin dia untung," jelas suami Veronica Tan itu.
Sementara itu saat pemerintah ingin kembali mengambil kewenangan mengelola air bersih, dikhawatirkan Ahok nantinya justru pemerintah yang akan dituntut. Solusinya, Pemprov DKI pun mengajak bekerja sama.
"Kita akan bangun ini dengan swasta, Jakpro (Jakarta Propertindo). Masalahnya 13 sungai bisa nggak jadi sumber air. Nggak (bisa). Jakarta puluhan tahun nggak pernah bangun pengolahan air limbah, sekarang baru kita mau bangun di Pluit. Makanya kita mau beli Palyja dan Aetra supaya bisa kita kelola." ujar Ahok.
"Tahun ini kita udah mulai kerja, di Waduk Pluit. Nanti di Waduk pluit di tanah kosong mau kita tanemin, di selatan itu. Itu adalah water treatment plan. Makanya Waduk Pluit harus dilebarin, dikeruk dulu, didalamin supaya air yang kotor masuk itu diolah jadi air bersih," sambungnya.
Permasalahan air pun dikatakan Ahok bukan disebabkan bangunan dari gedung-gedung tinggi. Di mana menurut Ahok gedung tinggi bukan penyebab dari turunnya permukaan tanah.
"Bukan karena bangunan tinggi lalu turun muka tanah. Pondasi sampai basement kok, yang masalah itu kamu nyedot air. Ada reservoir (penyimpanan air di dalam tanah/sumber air) air yang Anda sedot. Airnya nggak ada, ya turun (tanahnya), lalu air laut masuk ke bawah dia turun," tukas mantan Bupati Belitung Timur itu.
Permasalahan kualitas air tanah, dikatakan Ahok tidak ada hubungan dengan banyaknya gedung-gedung tinggi yang ada di Jakarta. Gedung tinggi pun disebut dapat ditertibkan dengan persyaratan mampu menyediakan air bersih.
"Jadi air tanah nggak ada hubungannya dengan gedung tinggi. Bangunan tinggi tidak ada masalah. Di pantai utara ada tower di tepi laut kok nggak roboh apartemennya? Karena dia sampai ke dasar. (Gedung tinggi) nggak masalah, asal sediakan air bersih," tutup Ahok.
(ear/mok)