Prasasti Sangguran dari tahun 928 yang berisi kutukan kini telantar di pekarangan rumah milik keluarga bangsawan Lord Minto di di kawasan Hawick, Roxburghshire di perbatasan Skotlandia dan Inggris. Benarkah tuah kutukan Minto Stone -nama populer prasasti- itu?
Sejarawan Inggris, Peter Brian Ramsey Carey mengatakan bahwa keluarga Minto turun temurun tertimpa kesialan karena tak kunjung mengembalikan kepada Indonesia.
(Baca juga: Tolong! 2 Prasasti Sejarah RI ini Telantar di Inggris dan India)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(Baca juga: Ini Isi Prasasti Sangguran alias Minto Stone yang Mengandung Kutukan)
Peter memberikan detikcom dokumen laporan yang ditulis koleganya, sejarawan Inggris, Nigel Bullough 5 Mei 2005, "THE ‘MINTO STONE’ Its History and Significance and a Plan for its Restitution". Nigel mencatat kesialan atau kematian menimpa pihak-pihak yang memindahkan Prasasti Sangguran atau Minto Stone itu seperti berikut:
Bupati Malang Kiai Tumenggung Kartanegara
Bupati Malang Kiai Tumenggung Kartanegara yang juga dikenal sebagai Kiai Ranggalawe adalah bupati yang mengizinkan pemindahan prasasti itu di wilayah asalnya, Desa Ngandat, Malang. Kiai Ranggalawe disebutkan keturungan penguasa di Surabaya, yang digambarkan sebagai bupati pertama Malang yang 'bersahabat'.
Kiai Ranggalawe ditunjuk pada tahun 1770 saat militer Belanda mengadakan kampanye melawan elemen pemberontak. Kiai Ranggalawe hidup sampai tahun 1820. Anehnya, berbeda dengan penerusnya, semua ingatan lokal atas Kiai Ranggalawe ini tampaknya telah terhapus. Bahkan situs makamnya
pun tak lagi diketahui.
Thomas Stamford Raffles
Thomas Stamford Raffles merupakan gubernur jenderal Inggris di Jawa yang pada prinsipnya bertanggung jawab atas pemindahan Prasasti Sangguran itu pada tahun 1812.
Bullough menuliskan bahwa "TS Raffles, pria yang pada prinsipnya bertanggung jawab untuk 'mengganggu Desa Sangguran', nyaris tidak dapat dipercaya mengalami serangkaian ketidakberuntungan pada tahun-tahun setelah prasasti itu dipindahkan yang tampaknya akibat dari gaung kalimat
kutukan prasasti itu bahwa 'sepanjang hidupnya, dia akan menderita".
"Hingga hari ini, posisi persis makam Raffles di Hendon tak bisa ditemukan," demikian Bullough menulis pada Mei 2005 lalu.
Sir Gilbert Elliot alias Earl Minto I

(Sir Gilbert Elliot alias Earl of Minto I/Foto: via Nigel Bulloug)
Sir Gilbert Elliot alias Earl Minto I, gubernur jenderal Inggris di India, atasan Thomas Stamford Raffles yang diberi Prasasti Sangguran, akhirnya mengapalkan prasasti itu ke Inggris. Berikut cuplikan surat Earl Minto I pada Raffles tentang prasasti itu pada tahun 1813:
"I am very grateful for the great stone from the interior of your island, which you tell me, in your letter of the 5th May, was put on board the Matilda. The Matilda is not yet arrived, so that I have not received Colonel Mackenzie's account of this curiosity, which in weight, at least, seems to rival the base of Peter the Great's statue at Petersburgh. I shall be very much tempted to mount this Javan rock upon our Minto craigs, that it may tell eastern tales of us, long after our heads lie under smoother stones."

(Kapal Matilda yang mengapalkan Prasasti Sangguran ke Kalkuta India/Foto: via Nigel Bullough)
Dalam surat itu Earl Minto I mengungkapkan sangat terhormat untuk menerima batu besar dari Pulau Jawa yang dipimpin Raffles. Dia berniat akan membawa batu dari Jawa itu ke kediamannya, yang bisa memberikan kisah dari timur untuk generasinya, bahkan setelah kepalanya terbaring di bawah batu-batu halus (meninggal).
Menurut surat itu, Minto telah memindahkan Prasasti itu ke Inggris, ke kompleks rumah keluarganya di Hawick, Roxburghshire hingga hari ini. Namun, menurut Bullough, Earl of Minto I itu tak pernah menikmati Prasasti Sangguran di halaman rumahnya.
"Setelah digantikan menjadi Gubernur Jenderal pada Desember 1813, setelah 6 bulan menerima batu itu, Lord Minto kembali ke Inggris dengan kesehatan yang baik. Setelah beberapa minggu, bagaimanapun, kondisi kesehatannya memburuk dan akhirnya meninggal di Stevenage pada 21 Juni, 1814 dalam perjalanannya ke Skotlandia. Dia kemudian dimakamkan di Westminster Abbey," tulis Bullough.
Nah, apakah Anda percaya kutukan Prasasti Sangguran itu?
(nwk/imk)