Ki Roni Sodewo, generasi ketujuh dari Pangeran Diponegoro punya cerita. Pada tahun 2007, dia sempat bekerja di Kementerian Keuangan. Lalu, dia diminta oleh para sesepuh keluarga, untuk berhenti kerja dan menelusuri para keturunan Diponegoro.
"Akhirnya saya pulang kampung dan mulai menelusuri keluarga," terang Roni saat berbincang dengan detikcom di area pemakaman pangeran Djunet Dipomenggolo, salah satu anak Diponegoro, di kawasan Ciapus, Bogor, Jawa Barat, Jumat (7/2) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usaha Roni untuk menemukan keturunan Diponegoro tidak mudah. Awalnya, dia melakukan penelusuran dengan cara manual, mendatangi mereka satu per satu, lalu menanyakan silsilah, hingga membuat catatan. Namun belakangan, dia melakukan pencarian lewat media sosial facebook.
"Awalnya saya menemukan nama Pak Alex Diponegoro yang tinggal di Beograd lewat facebook. Lalu, saya memperkenalkan diri, hingga akhirnya kita bertemu dan saya bawa ke keluarga saya," cerita Roni. Alex adalah keturunan dari anak Diponegoro bernama Diponegoro Anom.
Setelah bertemu Alex, Roni semakin bersemangat mencari keluarga lainnya. Setiap hari, dia membuka facebook dan berusaha mengumpulkan para keturunan dengan kata kunci 'Diponegoro' atau nama anak-anaknya. Hasilnya, terkumpul sekitar ribuan orang.
"Ada dari trah Ambon, ada trah Makassar, pokoknya tersebar di mana-mana," ucapnya.
Pada tahun 2011, Roni berinisiatif membuat acara reuni. Pertemuan akbar itu digelar di sebuah lokasi Bekasi. Penulis buku biografi Diponegoro 'Takdir', Peter Carey, diundang. Semua berkenalan dan ternyata tak butuh lama untuk bisa akrab.
Tak lama setelah itu, tepatnya di tahun 2012, digelar juga launching buku Carey berjudul 'Kuasa Ramalan'. Awalnya, acara akan digelar di Keraton Yogya, namun batal. Akhirnya peluncuran dilaksanakan di bekas rumah Diponegoro di Tegalrejo, Jawa Tengah.
"Ada 200 keluarga yang terhimpun. Dari pihak keraton juga ada," paparnya.
Abdul Wafa, Damon Yusuf Martadiredja dan Pancawati Dewi, sebagai bagian dari keturunan Diponegoro merasakan kehangatan saat bertemu dengan keluarga jauh tersebut. Mereka merasakan ikatan batin yang luar biasa, padahal baru saja berjumpa.
"Baru kenal belum setahun tapi rasanya kayak udah puluhan tahun. Waktu kita ikut pertemuan, kita pas pisah sedihnya kayak orang yang sudah bersama bertahun-tahun," cerita Damon.
"Awalnya saya nggak βpernah nyangka ada saudara di Bogor. Dari muka kayak ada kesamaan juga dengan saudara-saudara saya. Kemarin ke Papua juga nyari saudara, termasuk di Ambon. Begitu ketemu udah kayak kakak-beradik," ungkap Pancawati.
Roni kemudian menimpali, di antara para saudara mereka keturunan Diponegoro, ada juga nama artis hingga politisi. Dia menyebut nama seperti Asri Welas, Wanda Hamidah, Harry Roesli, dan nama-nama besar lainnya.
Selain itu, ada juga yang menjadi pengasuh pondok pesantren dan ulama di berbagai daerah. Seperti Abdul Wafa yang memiliki pesantren di kawasan Ciapus, Bogor, dekat dengan makam pangeran Djunet.
"Ada yang secara terbuka mengakuinya, tapi ada juga yang nggak mau diketahui. Tapi kami semua bangga," ungkap Roni.
(mad/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini