Astaga! Wanita ini Disiksa Ibu Tiri Bertahun-tahun, Pernah juga Disetrika

Astaga! Wanita ini Disiksa Ibu Tiri Bertahun-tahun, Pernah juga Disetrika

- detikNews
Rabu, 04 Feb 2015 10:49 WIB
(Foto: Andi Siahaan/detikcom)
Simalungun - Maria Kristina Natalia Panjaitan (27) warga warga Jalan Selam, Mandala Kota Medan, Sumatera Utara mengaku disiksa ibu tirinya selama bertahun-tahun. Penyiksaan itu sering dilakukan ibu tirinya di depan kedua adik-adiknya.

Ditemui detikcom di Jalan Besar Sidamanik, Kelurahan Sarimatondang, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Rabu (4/2/2015), Maria menceritakan penyiksaan itu dilakukan SS sejak 9 tahun lalu. Ia kerap dipukuli dan dianiaya SS tanpa sebab.

"Ga ada apa-apa, aku dipukuli. Suka-sukanya mukuli aku. Mataku lah yang ditusuk. Kepalaku dipukul pakai batu gilingan," ujar Maria.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penganiayaan itu dilakukan SS di depan kedua adiknya. Bahkan adiknya ikut juga menganiaya Maria.

Siksaan yang dirasakan Maria tidak sampai di situ. Selain dipukuli, Maria juga sering disetrika ibu tirinya.

Bekas penyiksaan terlihat di sekujur tubuh Maria. Di kepalanya yang plontos terdapat puluhan bekas luka. Bahkan luka bakar juga memenuhi bagian punggungnya. Beberapa bagian masih ditutupi perban dan ditaburi obat antiseptik.

Untuk menutupi perbuatan SS, ibu tirinya selalu mengancam Maria. Maria diminta tidak memberitahukan kelakuan ibu tirinya itu ke tetangga dan bapak kandungnya.

"Aku diancam ga boleh kasih tau orang. Kalau ditanya orang disurung bilang karena jatuh," ucap Maria sambil merintih kesakitan.

Saat ini, Maria tinggal bersama sepupunya. Ia diungsikan bapak kandungnya, Richard Panjaitan, karena tak tahan melihat puteri sulungnya disiksa.

Menurut sepupunya, Diana Sagala, kasus penganiayaan terhadap Maria pernah dilaporkan ke polisi tahun 2005. Ketika itu Maria tinggal di Sibolga dan disetrika SS hingga mengalami luka bakar yang cukup parah. Ketakutan dilapor ke polisi, SS melarikan diri ke Medan.

"Sempat juga dilapor ke polisi. Ibu tirinya lari. Tapi diselesaikan secara kekeluargaan," jelas Diana.

Sejak penganiayaan itu, Maria tinggal bersama Diana di Sidamanik. Tahun 2011, karena bujuk rayu ibu tirinya, Maria diajak ke Medan. "Dijanjikan dibelikan handphone sama ibu tirinya," ujar Diana.

Diana mengaku, saat Maria memutuskan ikut ibu tirinya ke Medan, ia sempat khawatir peristiwa penganiayaan bakal terulang kembali. Ternyata kekhawatirannya terbukti.

Dijelaskannya, sebelum menikahi SS, Richard Panjaitan menikah dengan Lamria Nainggolan. Tahun 1991, Lamria meninggal dunia. Dari perkawinan dengan Lamria, pamannya memiliki 2 orang anak dan Maria merupakan anak sulung.

Beberapa tahun setelah menduda, Richard menikahi SS di Sibolga. Dari pernikahan kedua itu, pamannya mendapatkan satu orang anak. Richard yang bekerja sebagai PNS di Sibolga jarang bertemu dengan anak-anaknya. Ia datang ke Medan dua minggu sekali.

Kasus penganiayaan itu telah dilaporkan ke Polda Sumatera Utara. Karena kondisi korban yang cukup parah, korban untuk sementara dirawat keluarganya di Sidamanik.

"Sudah dialporkan ke Poldasu sama keluarga yang kebetulan polisi," ujar Tito Saragih keponakan Maria.


(rul/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads