Khofifah melihat foto pecandu itu di Griya Anti Narkoba di Taman Indraloka, Cipayung, Jakarta Timur.
"Kok ini bisa kayak gini?" kata Khafifah dengan wajah ngeri ke pemandu Griya Anti Narkoba saat meninjau Griya Anti Narkoba di Taman Indraloka, Jl Mandor Hasan nomor 45, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (3/2/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya Bu ini efek dari pemakaian krokodil," kata pemandunya.
Narkoba krokodil berasal dari Rusia. Penggunaan narkoba ini mirip dengan morfin atau heroin, yakni dengan cara disuntikkan ke pembuluh darah. Harga krokodil lebih murah dari heroin namun bahayanya berkali lipat. Pengguna krokodil akan merasakan kulit mereka beruam dan menghijau lalu membusuk sehingga dikatakan 'zombie'.
Dalam sambutannya, Khofifah mengatakan, 40-50 orang tewas dalam sehari karena narkotika. 60 Persen pengguna ganja dan sabu-sabu sangat berpotensi mengalami gangguan psikotik.
"Rp 50 triliun dalam setahun dibelanjakan para pecandu untuk mendapati barang haram tersebut. Dari jumlah pecandu dan perputaran uang yang fantastik itu ternyata tidak sebanding dengan upaya rehabilitasi," katanya.
Pemerintah, lanjut Khofifah merehabilitasi 100 ribu pengguna per tahun dan membutuhkan waktu 42 tahun untu menuntaskannya.
"Itupun kalau tidak bertambah para pengguna baru," ucap Khofifah.
Griya Anti Narkoba diresmikan pada 25 Juni 2014 oleh Gubernur DKI saat itu Jokowi. Museum narkoba yang berdiri di lahan mantan Kepala BIN AM Hendropriyono ini dibangun atas kerjasama antara BNN dan AP2ANI. Museum ini gratis dan dibuka setiap hari termasuk Sabtu dan Minggu pukul 10.00-17.00 WIB.
(nik/nwk)