Cerita Ahmad yang Kehilangan Putrinya karena Disenggol Bus Polisi yang Kawal Sidang BG

Cerita Ahmad yang Kehilangan Putrinya karena Disenggol Bus Polisi yang Kawal Sidang BG

- detikNews
Selasa, 03 Feb 2015 14:06 WIB
Cerita Ahmad yang Kehilangan Putrinya karena Disenggol Bus Polisi yang Kawal Sidang BG
Jakarta - Ahmad Guntur masih mengenakan perban di kedua tangannya, saat menerima kehadiran pelayat di rumah duka, Jalan Radio Dalam, Gang Haji Salim I nomor 8 A, Gandaria Utara, Jakarta Selatan. Kendati sulit, dirinya kembali menceritakan peristiwa kecelakaan motor yang menimpa dia dan anaknya, Laiyla Fitriani Ahmad.

Kecelakaan itu terjadi di underpass Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Senin (2/2) pukul 14.30 WIB.

"Saat itu saya jalan pada jalur saya, paling ada di bahu ya, di pinggir, agak ke tengah sedikit. Kan disana ada dua jalur, besar. Mungkin dia (bus kedua) merasa ketinggalan dari kawannya, yang nomor dua akhirnya nyenggol saya. Nggak mungkin saya yang nyenggol, kalo saya yang nyenggol, saya pasti jatuh ke kanan," kata Guntur kepada wartawan, Selasa (3/2/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, saat itu bus kedua tidak langsung memberhentikan lajur mobilnya, namun malah pergi begitu saja.

"Dia nggak berhenti, terus lolos. Nah, bus yang ketiga dan keempat saya berhentiin pake kaki saya. Kebetulan ada anggota yang saya kenal di bus nomor 4, saya bilang 'lo tau gue kan? Tolongin saya,. Akhirnya dia yang bawa masuk anak saya ke bus nomor 3," ujar Guntur.

Keadaan Laiyla, menurut Guntur saat itu sudah tak memiliki harapan. Dengan kondisi luka dan darah yang keluar dari telinga remaja 15 tahun tersebut, kecil harapan untuk dapat bertahan hidup.

"Darah udah keluar dari kuping. Saya pikir, disana dia sudah nggak ada," katanya pelan.

Rutinitas Guntur memang selalu seperti itu. Setiap hari pria 53 tahun tersebut memang rutin setiap pagi dan siang antar jemput anak sulungnya dari sekolah di SMK 15 menuju rumah mereka di Radio Dalam.

"Setiap pagi memang antar-jemput pulang. β€ŽDia memang saya terus antar-jemput dia tiap pulang sekolah," jelasnya

Dia juga masih terkenang akan putrinya yang baru saja berulang tahun 29 Januari itu. Walaupun masih tak percaya putrinya meninggalkan keluarga untuk selamanya, dia mengaku ikhlas, dan menyerahkan semua kepada Allah SWT.

"Tanggal 29 januari 2015 dia umurnya 15 tahun. Sekolahnya di SMK 15, meninggal di tahun 2015. β€ŽYa mungkin Allah takdirin begitu ya," tuturnya.

Lalu bagaimana dengan proses hukum anggota kepolisian yang bertanggung jawab atas insiden ini?

"Saya nggak tahu bagaimana, yang pasti tadi anggota Sabhara sudah kesini. Kalau mengenai proses hukum, kami nggak tahu, saya juga nggak nanya," kata Guntur.

Dirinya hanya berpesan, agar keadilan ditegakkan untuk kasus ini. Sebagai masyarakat biasa, dia berharap pihak penegak hukum dapat memproses kasus ini seadil-adilnya.

β€Ž"Kami minta keadilan, sampai di mana, tolong, kami rakyat jelata yang nggak ngerti hukum, mereka yang ngerti hukum, ya tolonglah. Nanti begitu lagi, diulang lagi. Kami minta ini yang cukup sekali. Soalnya bukan apa-apa, di jalan raya itu," tutupnya.


(rni/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads