"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk lebih waspada. Ini sangat penting untuk mencegah terjadinya peningkatan dan keparahan kasus DBD," ungkap peneliti utama Eliminate Dengue Project (EDP) FK UGM, dr Riris Andono Ahmad,, di kampus UGM, Bulaksumur, Senin (2/2/2015).
Khusus untuk wilayah DIY lanjut dia, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan DIY 2014 menunjukkan selama 10 tahun terakhir tren DBD selalu meningkat pada bulan Januari hingga April. Tahun 2015 ini bertepatan dengan siklus lima tahunan DBD.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hal ini perlu kita antisipasi," katanya.
Dia mengatakan salah satu cara mengatasi DBD adalah dengan pengembangan metode Wolbachia sebagai pendekatan alami untuk menanggulangi DBD. Wolbachia adalah bakteri alami yang mampu mengurangi kemampuan nyamuk Aedes aegypti untuk menularkan virus dengue pada manusia.
Saat ini, FK UGM sudah melakukan penelitian di wilayah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Pengendalian DBD dengan Wolbachia ini diharapkan bisa jadi satu alternatif pengendalian dengue di Yogyakarta.
Sementara itu peneliti pendamping EDP, dr Eggi Arguni menambahkan masyarakat diminta lebih mengenali penyebaran DBD maupun gejalanya ketika telah terserang. Beberapa gejala tersebut antara lain demam tinggi dan mendadak, nyeri dirasakan di belakang mata dan bintik merah. Masyarakat juga tetap perlu melakukan aktivitas 3 M, yaitu menguras, mengubur serta menimbun potensi yang bisa menjadi sarang nyamuk.
(bgs/try)