Pernyataan itu disampaikan anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko dalam rilisnya kepada detikcom, Kamis (29/1/2015) malam. "Presiden tidak perlu terlalu banyak terlibat hal-hal yang bersifat teknis operasional," katanya.
Dijelaskan Budiman, 100 hari memimpin, Jokowi seolah kehilangan momentumnya. Penilaian banyak kalangan menyimpulkan bahwa pemerintah kurang berhasil menunjukkan sepak terjangnya sebagai indikasi yang menandakan akan ada perubahan signifikan 5 tahun ke depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun demikian bukan berarti pemerintahan Joko Widodo tidak patut dikoreksi. Tetap harus ada kritik yang konstruktif. Memberikan masukan, kritik dan saran bukanlah sesuatu yang tabu di alam demokrasi bahkan terhadap Presiden sekalipun," ucap Budiman.
"Sebabnya ada beberapa perubahan struktur dan sebagainya yang tentunya 'memaksa' kabinet yang baru ini sedikit menguras energi untuk beradaptasi, belum lagi ditambah dengan situasi politik yang berkembang tidak terlalu menguntungkan bagi progres pemerintahan Joko Widodo," sambungnya.
Budiman menegaskan Jokowi tak perlu terlalu banyak terlibat hal-hal yang bersifat teknis operasional. Itu sebabnya Presiden memiliki hak prerogatif untuk mengangkat menteri, pejabat setara menteri, dan sebagainya untuk menjadi pembantu-pembantunya.
"Agar para pembantunya menjadi manajer yang cakap dan cekatan dalam mengoperasinalisasi seluruh gagasan dan visi Presiden, tidak pada tempatnya para menteri membiarkan Presiden tersita untuk mengurusi hal-hal yang bersifat teknis karena memang sudah bukan porsinya. Jangan sampai di balik, Presiden dibiarkan dalam porsi teknis operasinal sebagai manajer sementara para pembantunya tampil seolah memiliki konsepsi gagasan besar," imbuh Budiman.
Budiman berkata, Jokowi harus tampil sebagai pemimpin yang akan mengantar negara pada visi besarnya. Memastikan semua janji politik yang terikat dengan rakyat dijalankan sebagai kebijakan negara. Sementara, para menteri dan pejabat setingkat yang dipercaya oleh Presiden menjadi pembantunya adalah orang-orang yang harus memastikan seluruh kebijakan negara dioperasionalkan dengan baik, terlaksana dengan semestinya.
"Partai politik pendukung, setelah Presiden mendapat mandat penuh dan memulai tugas dan jabatannya sebagai Presiden, harus mereposisi diri sebagai penyokong kebijakan Presiden, memasok gagasan-gagasan yang merupakan perwujudan ideologis yang berpihak pada rakyat, kepentingan bangsa dan negara. Karena secara politik, keberhasilan Presiden juga adalah keberhasilan partai politik pendukungnya," jelasnya.
(bar/fjp)