Ini 18 Fakta Preliminary Report KNKT pada Kecelakaan AirAsia QZ8501

Tragedi AirAsia

Ini 18 Fakta Preliminary Report KNKT pada Kecelakaan AirAsia QZ8501

- detikNews
Kamis, 29 Jan 2015 15:27 WIB
Ketua KNKT Tatang Kurniadi menjelaskan fakta dalam laporan pendahuluan kecelakaan AirAsia QZ8501 (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta - Proses evakuasi kecelakaan AirAsia QZ8501 rute Surabaya ke Singapura telah berjalan selama satu bulan. Sedangkan, setelah satu bulan kejadian tersebut harus terdapat data factual report atau preliminary report (laporan pendahuluan).

Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi mengatakan sebelum merilis preliminary report harus mengirim terlebih dahulu ke negara-negara yang bersangkutan dengan kecelakaan AirAsia QZ8501. Negara-negara tersebut yakni Prancis, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Amerika, Australia, dan UK.

"Saya kirim preliminary report ke negara-negara yang bersangkutan. Tanggal 28 (Januari) saya kirim," kata Tatang di Kantor KNKT, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Kamis (29/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah mengirim preliminary report ke beberapa negara tersebut, KNKT baru dapat merilisnya di website KNKT pada Kamis (29/1/2015). Berikut 18 poin data dan fakta pada preliminary report AirAsia QZ8501 yang disampaikan Ketua KNKT Tatang Kurniadi:

1. Pesawat dalam kondisi layak terbang dan dioperasikan dalam batas-batas berat dan keseimbangan.

2. Semua awak pesawat punya lisensi yang masih berlaku dan punya medical certificate yang masih berlaku.

3. Second in command/kopilot dialah yang menerbangkan pesawat itu. Sedangkan kapten pilot, dia sebagai pilot monitoring.

4. Pesawat tersebut menjelajah di ketinggian 32 ribu kaki. Pada jam 23.11 GMT (+7 untuk WIB-red) terjadi kontak awal dengan ATC Jakarta. Pilot menginformasikan bahwa pesawat itu sedang berbelok ke kiri dari jalur M-635.

5. Terdeteksi radar Jakarta pada saat belok pukul 23.12 GMT pilot minta kemungkinan flight level lebih tinggi ke 38 ribu kaki.

6. ATC Jakarta katakan standby. Tunggu dulu

7. Pukul 23.16 GMT, ATC mengizinkan naik ke 34 ribu kaki.

8. Pada saat kejadian tersedia informasi satelit cuaca yang menunjukan ada formasi awan Cumulonimbus (CB) dengan puncak awan mencapai 44 ribu kaki.

9. Posisi terakhir pesawat ditunjukan layar ATC Jakarta ada pada koordinat LS 3°34'48" BT 109°41'50,47". Ketinggian pada 24 ribu kaki. Posisi telah bergeser belok kiri.

10. 30 Desember dari Basarnas menemukan jasad dan beberapa bagian pesawat yang terapung

11. Tanggal 9 Januari bagaian cukup besar yakni ekor ditemukan

12. 12 Januari FDR atau bagian black box di temukan. FDR tersebut dibawa ke Jakarta dan esok harinya sudah berhasil di download merekam 1200 parameter dan 147 jam rekaman suara

13. 13 Januari CVR ditemukan koordinat LS: 3°37'18,1" BT: 109°4 42' 42,2". CVR ini merekam dua jam terakhir penerbangan AirAsia. Kondisi rekaman bagus.

14. Recorder itu dibaca dan di-download di fasilitas lab milik KNKT. Tahapan persiapan, pelaksanaan hingga download dilakukan dalam kurun waktu 11 jam

15. Data CVR dan FDR menunjukan sebelum kejadian pesawat tersebut menjelajah dengan stabil di ketinggian 32 ribu kaki.

16. Data rekaman FDR dan CVR berakhir di jam 23.20 UTC (Universal Time Coordinate atau +7 untuk WIB-red)

17. Hingga tanggal 27 Januari sejumlah 70 jenazah ditemukan

18. Evakuasi dan pencarian diteruskan dan akan di update perihal data-data dan akan dicantumkan dalam laporan akhir.

Tatang menjelaskan, tujuh negara tersebut akan memberikan analisa terkait preliminary report selama dua bulan. Setelah itu, KNKT sebagai yang menginvestigasi mengaku paling cepat final report dilakukan selama enam bulan.

"Yang paling cepat kita raih untuk final report adalah enam bulan. Melihat data-data black box bagus tapi harus ada pembanding," terangnya.

Selain 18 poin di atas, anggota tim investigasi AirAsia QZ8501 Captain Pilot Ertata Lananggalih menambahkan, sebelum terjatuh, AirAsia sempat terbang stabil pada ketinggian 32.000 kaki. Setelah itu pesawat berbelok ke kiri, kemudian menstabilkan bodi pesawat dan ketinggiannya. Hingga kemudian pesawat tercatat naik dengan cepat.

"Pesawat naik dari 32 ribu kaki ke 37 ribu kaki selama sekitar 30 detik," jelas Ertata di tempat yang sama.

Kemudian, pesawat sempat turun perlahan dari awan dan akhirnya hilang kontak, kemudian menyentuh permukaan air. Pesawat turun perlahan hingga akhirnya rekaman tidak dapat terdengar kembali.

"Kira-kira habis itu pelan-pelan turun dan seterusnya, turun pelan-pelan selama sekitar 3 menit 20 detik sampai rekamannya tidak terdengar lagi," ungkapnya.


(tfn/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads