Ijal Fikri, komat-kamit membaca matera sambil menabur bunga di trotoar Mapolda Jateng. Panas terik matahari tidak menghalangi ritual yang dilakukan dengan telanjang dada itu.
"Hong Wilaheng bawono langgeng, angkara nir langgeng. Jopa japu angusir sukerto nganggo tai asu. Sukerto boyo, sukerto celeng, sukerto babi, sukerto asu. Minggat, minggato angkara!" kata Ijal sambil menaburkan bunga pada poster bertuliskan kecaman yang digelar di trotoar, Sabtu (24/1/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain kepada BW, banyak kriminalisasi di Indonesia, seperti kepada aktivis anti korupsi, aktivis HAM, aktivis lingkungan, Tani, Buruh dan lainnya," kata koordinator aksi, Fatkhurrozi.
Dengan aksi di depan Mapolda Jateng dan Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang yang ada di seberangnya, pengunjuk rasa meminta Presiden Joko Widodo agar bertindak tegas agar menghentikan kriminalisasi yang menjerat BW karena merupakan bentuk pelemahan kepada KPK dan menghina rakyat.
"KPK itu memberantas korupsi dan melindungi rakyat. Penangkapan salah satu petinggi KPK merupakan pelemahan institusi tersebut dalam pemberantasan korupsi," tegasnya.
Aksi protes tersebut sempat menarik perhatian pengguna jalan termasuk ketika unjuk rasa dilakukan dengan berbaring di trotoar atau menabur bunga di relief patung Jendral Sudirman di Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang.
"Hoe, Jenderal Sudirman, Putra wayah panjenengan sami rebutan dur angkara. Nyuwun tulung pandonganipun, dur angkara saged tilar, asu, celeng, kethek, babi sedaya sami medal saking roh para pemimpin kawula," ujar Ijal sambil terus menabur bunga ke relief Jenderal Sudirman.
(alg/gah)