Hal ini diungkapkan anggota investigator KNKT Andreas Hananto. Dia menyebut bahwa 10 anggota investigator menemukan 'tidak ada ancaman' dalam CVR itu. Saat ditanya apakah ada bukti-bukti lain dari rekaman itu bahwa ada keterlibatan aksi teror, Andreas mengatakan, "Tidak. Sebab bila ada terorisme, akan ada ancaman atau semacamnya".
Dalam CVR itu, pilot terdengar sibuk mengendalikan pesawat. "Di situasi kritis, rekaman mengindikasikan bahwa pilot sibuk mengendalikan pesawat," imbuh Andreas seperti dikutip dari Reuters edisi Senin (19/1/2015) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari FDR (Flight Data Recorder) sejauh ini tidak ada ledakan. Jika ada, kami pasti tahu karena parameter akan menunjukkan itu. Ada sekitar 1.200 parameter," tegas Andreas.
Andreas mengungkapkan bahwa menit terakhir penerbangan AirAsia juga penuh dengan 'suara mesin dan suara peringatan' yang harus disaring untuk mendapatkan transkrip lengkap apa kata-kata di dalam kokpit.
Sedangkan investigator lain, Nurcahyo Utomo, menguatkan pernyataan Andreas. Hanya terdengar suara pilot di CVR.
"Kami tidak mendengar suara lain kecuali pilot. Kami tidak mendengar suara lain seperti tembakan atau ledakan. Berdasarkan hal itu, kami bisa menghilangkan kemungkinan terorisme," jelas Nurcahyo.
Nurcahyo mengatakan bahwa investigator bisa mendengar 'nyaris semuanya' rekaman yang terkandung dalam 2 kotak hitam. Namun, Nurcahyo menolak menggambarkan detik-detik akhir pesawat itu karena dibatasi hukum.
(nwk/nrl)