Dr. Joachim Jonuscheit, seorang pakar teknik dari Fraunhofer Institute, pernah menulis rilis tentang isi di balik hidung pesawat. Menurutnya, di dalam hidung itu ada 'radar dome', tempat jaringan radio komunikasi pilot di pesawat.
Komunikasi pilot sangat penting untuk memperkirakan waktu pendaratan, navigasi dan lain-lainnya. Ini biasanya dilakukan pilot dengan staf Air Traffic Control (ATC). Lewat hidung pesawat, sinyal radio diterima pilot, dan bisa mengirim sinyal kembali ke ATC.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hidung pesawat juga jadi sorotan ketika pesawat Air France jatuh ke Samudra Atlantik 2009 lalu. Para peneliti menilai, alat pembaca kecepatan terbang yang ada di hidung pesawat, ternyata kerap mengalami malfungsi.
Kegagalan sensor kecepatan terbang atau lebih dikenal dengan nama tabung pitot itu tak cuma dialami pesawat Air France dengan nomor penerbangan 447 dari Rio de Janeiro, Brasil, menuju Paris, Prancis, tapi juga pesawat Airbus milik maskapai Amerika Serikat. Tabung pitot atau pitot tube adalah alat pengukur kecepatan pesawat di udara yang terpasang di kedua sisi hidung pesawat.
Hidung pesawat AirAsia QZ8501 ditemukan oleh nelayan bernama Sunding (38), Senin 19 Januari 2015 pukul 17.00 WIB. Sunding menemukan hidung pesawat saat akan pulang menuju Pulau Marabatuan setelah selesai mencari ikan di laut. Lokasinya sekitar 4 mil ke arah timur Marabatuan. Bila ditarik garis, jaraknya cukup jauh dari posisi main body, atau sekitar 200 mil.
Hidung pesawat itu tidak terlihat penyok atau rusak. Bentuk moncongnya masih utuh. Tampak juga lubang-lubang bekas baut yang terbuka.
(mad/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini