Jakarta - Megawati Soekarnoputri memang tokoh partai kelas berat. Susah digeser. Saat para pendukung mengusungnya menjadi ketua partai, hambatan datang dari segenap kaki tangan Soeharto. Kini, saat PDIP membutuhkan darah segar kepemimpinan partai, Megawati tak bergeming.Bagi sebagian tokoh PDIP, peranan Megawati di partai seharusnya segera diakhiri. PDIP yang kehilangan 15 juta suara pada Pemilu Legislatif adalah petunjuk awal, bahwa kinerja PDIP di bawah kepemimpinannya buruk. Kalah bertarung dengan SBY-Kalla, adalah bukti kedua yang tak bisa dibantah lagi. Oleh karena itu, apabila Megawati tetap memimpin PDIP, maka sejumlah tokoh partai banteng itu mengkhawatirkan partainya akan semakin terpuruk, dan bisa-bisa akan jadi partai gurem. Alasannya jelas, gaya kepemimpinan Megawati sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman, di mana partai-partai harus bersaing ketat di tengah meningkatnya arus keterbukaan dan daya kritis rakyat.Tentu saja penilaian sebagian elit PDIP itu berseberangan dengan pandangan Megawati sendiri. Tak ada sedikitpun isyarat bahwa Megawati akan mundur. Bahkan di berbagai kesempatan, dia menyatakan bahwa siapa yang memilih pemimpin PDIP tergantung massa di bawah. Jika demikian, maka Megawati yang akan tampil kembali memimpin PDIP dalam kongres yang akan digelar di Bali, Maret depan.Seperti dikatakan oleh Wakil Sekjen PDIP Pramono Anung, sampai sejauh ini pendukung di bawah tetap menginginkan Megawati untuk tetap memimpin PDIP. "
Grass root masih menginginkan Mbak Mega memimpin partai," katanya dalam berbagai kesempatan. Dan pernyataan Pramono itu tidak ada yang membantah. Peta politik di daerah pun tak banyak berubah setelah sejumlah tokoh PDIP Jakarta melakukan kampanye mereposisi Megawati.Sejumlah tokoh PDIP kini memang tengah menggalang kekuatan untuk mereposisi Megawati. Mereka tidak berani terang-terangan untuk menggusur kepemimpinan Megawati. Namun fungsinya akan digeser menjadi ketua dewan pengarah partai, ya menyerupai dewan penasihat atau bahkan dewan pembina di Golkar. Sedang posisi ketua umum biar diperebutkan kader-kader lain di kongres.Mereka yang berkeras menggeser Megawati dari kursi ketua umum partai adalah sejumlah pentolan partai yang tergabung dalam Gerakan Pembaruan PDIP. Gerakan ini dideklarasikan Senin (17/1/2005) dua pekan lalu, dan terus bermanuver ke bawah. Sejauh ini pentolah kelompok ini, Arifin Panigoro mengaku respons kader-kader partai di cabang cukup bagus.Jika Arifin Panigoro saja yang bergerak, mungkin tak banyak yang terkejut. Sebab, bos perusahaan minyak Medco ini memang sudah lama dikenal berani menyimpang dari kebijakan Megawati. Gerakan Pembaruan PDIP itu menjadi lebih berbobot karena di dalamnya terlibat nama-nama yang selama ini dikenal loyalis Megawati, sperti Roy BB Janis, Laksamana Soekardi dan Noviantika Nasution.Lebih seru lagi, ternyata kelompok ini mengusung Guruh Sukarnoputra untuk menjadi ketua umum, menggantikan kakaknya. Dan ternyata, dalam pernyataannya Guruh menyatakan bersungguh-sungguh untuk memimpin PDIK. "Jangankan ketua umum, pada 1992 saya siap dan bersedia menjadi presiden," tegas Guruh dalam acara deklarasi Gerakan Pembaruan PDIP itu.Selain Guruh yang siap menggantikan kakaknya, Sophan Sophiaan juga sudah lama dipromosikan sejawatnya di PDIP untuk menjadi pengganti PDIP. Modal utama Sophan adalah reputasinya yang baik sebagai politisi, baik di DPR maupun di PDIP. Namun sebagai seorang 'moralis', Sophan terlalu lemah untuk berhadapan dengan kubu-kubu politik di PDIP yang cenderung menghalalkan segala cara.Jika ada kelompok lain yang ingin menggeser Megawati, tapi masih malu-malu adalah Kwik Kian Gie dkk yang tergabung dalam Komite Permurniaan PDIP yang didklarasikan setelah Megawati terpental dari kursi presiden. Komite ini antara lain didukung oleh Abdul Madjid, M. Prokosa, Amin Arjoso dan Permadi. Sementara ini yang jadi sasaran tembak kelompok ini adalah gang of three yaitu Sutjipto, Pramono Anung dan Gunawan Wirosaroyo yang dituduh sebagai biang kebrengsekan PDIP. Namun, banyak pihak curiga, target Kwik Kian Gie dkk tak jauh beda dengan Arifin Panigoro dkk, yakni Megawati hengkang dari kursi ketua partai sehingga bisa tampil tokoh pembaharu PDIP.Masih ada kelompok elit PDIP yang punya keinginan yang sama dengan Arifin dan Kwik, tapi belum muncul ke permukaan, yaitu Theo Syafei dkk. Memang sejak PDIP kalah telak dari Golkar pada pemilu legislatif lalu, Theo Syafei dkk seakan diam-diam saja. Bisa dimengerti, karena kelompok inilah yang ditunjuk sebagai tim pemenangan pemilu. Namun sering dengan semakin dekatnya kongres, kelompok yang didalamnya ada nama Agnita Singadikane, Jacob Tobing dan Sabam Sirait ini mulai bergeliat. Mereka ikut-ikutan mendorong agar Megawati jadi dewan pengarah partai saja. Jika pun masih menjadi ketua umum partai, harus ada jabatan baru yang mengedalikan partai sehari-hari.Banyaknya elit partai yang menginginkan agar Megawati tak jadi ketua umum PDII lagi, maka menjalang kongres di Bali Maret nanti, kini di lingkungan elit PDIP lahir kembali istilah GAMB, Gerakan Asal Bukan Megawati. Gerakan itu mencapai hasil ketika pasangan Mega-Hasyim kalah telak oleh pasangan SBY-Kalla. Tapi di konggres PDIP nanti, jangankan mengganti, menggeser posisi Megawati saja tidak gampang.
(diks/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini