Aceh Besar - Indra Adil, salah seorang ketua Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB) menyaksikan saat-saat penangkapan Koordinator Gowa (Government Watch) Farid Faqih. Saat kejadian, Indra Adil bersama Farid Faqih. Indra adalah teman dekat Farid di HA IPB. Bila Farid menjadi sekjen HA IPB, Indra menjadi salah seorang ketuanya. Indra telah diperiksa penyidik Polresta Banda Aceh tentang kasus yang menimpa Farid tersebut. "Saya teman paling akrab Bang Farid. Kami sama-sama pengurus Alumni IPB. Pak Farid jadi sekjen, dia sebagai salah seorang ketua," kata Indra saat ditemui detikcom di gudang milik Farid Faqih di kompleks gudang Perum Bulog Regional NAD, Jl. Iskandar Muda, Lambaro, Aceh Besar, Jumat (28/1/2005). Menurut Indra, tidak mungkin Farid melakukan pencurian barang-barang bantuan untuk Aceh itu. "Saya kira tidak mungkin. Tapi, soal barang-barang yang ada di sini, saya tidak tahu apa isi yang ada di kepala Bang Farid, sehingga dia berani mengumpulkannya di sini," kata Indra. Indra mengaku di lokasi saat penangkapan Farid dilakukan pada Rabu (26/1/2005) lalu. Indra baru datang ke Aceh pada 25 Januari 2005 lalu. "Setelah saya dua hari di sini, saya diminta Bang Farid untuk menata semua barang bantuan Aceh yang saat ini amburadul dan berantakan di sejumlah lokasi," kata dia. Nah, pada Rabu (26/1/2005), Indra diajak Farid keliling lapangan dan diajak ke gudang di Lanud sambil membawa para buruh angkut. Gudang ini tidak terletak di Lanud persis, tapi sekitar 500 meter di belakang Lanud. Gudang ini memang dijaga anggota TNI. Tapi, gudang ini kabarnya milik Rusdi yang disewa oleh Lukman, anggota Gapensi selama 15 tahun."Di gudang itu, Bang Farid meminta kepada saya untuk menyusun barang-barang sesuai dengan jenisnya. Setelah itu, Pak Farid keluar dari lokasi di Lanud. Kemudian, dia datang lagi dengan membawa lima buruh lagi, untuk mengangkut barang-barang bantuan yang sudah berantakan di tempat itu," tutur Indra. Indra semula ragu dengan tindakan Farid dan sempat menanyakan tentang status barang-barang bantuan itu. Namun, kata Indra, Farid menyebutkan barang-barang tersebut barang tidak bertuan. "Barang-barang ini gua ambil, karena terlantar, tidak ada yang mengurus di Lanud," kata Farid seperti ditirukan Indra. "Kok kamu berani ambil?" tanya Indra kepada Farid saat itu. "Ini nanti pasti ada yang nyari. Makanya, supaya gampang untuk ngasih tahu, kita susun. Pasti ada yang tanya nanti ke kita," jawab Farid saat itu.Atas jawaban itu, Indra pun percaya sama Farid. Dia melakukan apa yang diminta Farid, sementara Farid saat itu keluar dari gudang. "Saya memang tidak punya pretensi apa-apa dengan statemenBang Farid. Bahkan, saya juga sudah di-BAP," jelasnya. Nah, saat Indra dan para buruh angkut, termasuk anggota FPI, mempersiapkan barang-barang tersebut ke dalam truk, tiba-tiba sejumlah anggota Paskhas menggerebeknya. Tidak berapa setelah itu, Farid juga datang lagi ke gudang tersebut. "Saat itu Bang Farid sudah dikawal oleh para anggota TNI. Wajahnya sudah babak belur," kata Indra. Setelah itu, Indra juga turut diinterogasi. Ketika ditanya mengapa barang-barang bantuan disimpan Farid di gudang Bulog, Indra mengaku tidak tahu persis. "Saya tidak tahu, kapan barang-barang mulai ada di sini. Pokoknya, saat saya datang barang-barang ini sudah ada di sini," jelasnya. Ditanya apakah benar Farid sudah bekerja sama dengan PBB untuk penyaluran bantuan, Indra juga tidak mengetahuinya. "Saya tidak tahu, tapi dari beberapa buruh di sini, pak Farid mengatakan sudah ada kontrak kerja dengan PBB untuk menyalurkan beras ke masyarakat. Yang lain, saya kurang tahu," kata dia.
(asy/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini