pada 16 Januari 2002 lalu, setelah merasakan apa yang disebutnya 'detik-detik kematian', ini adalah 'hidup kedua'. Untuk mensyukurinya, pilot Rozaq dan para penumpang kerap berjumpa tiap tanggal 16 Januari.
"Masih berkomunikasi dengan para penumpang dan awak kabin. Ada beberapa saja. Dari 54 penumpang itu biasanya ada 10-15 orang yang berkumpul.
Kumpul-kumpul saja, ingat-ingat pas tanggal 16 Januari," ujar pilot Abdul Rozaq saat ditemui detikcom di rumahnya yang asri di Komplek Garuda, Cipondoh, Tangerang, Jumat (16/1/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
berkumpul menyambung tali silaturahmi setahun sekali dengan para awak kabin dan penumpang.
"Hari ini harusnya ada, cuma ada yang tidak bisa hadir. Kumpulnya sih bisa di mana saja. Pernah juga kumpul karena diundang ke Mataram, ada mantan pejabat Mataram juga penumpangnya," celoteh Rozaq.
Rozaq mengajak sang istri Istiqomah (57), mantan pramugari Garuda, juga putra-putrinya. "Ya mengajak anak-anak, mengingatkan kembali bahwa kami diberi hidup kedua kali. Kita kan sudah tidak mungkin kalau hidup lagi, mengingat detik-detik kematian sudah di depan mata," tutur ayah dari 3 putra dan 2 putri ini.
Pernah pula Rozaq mengajak anak-anaknya mensyukuri 'hidup kedua'nya ini dengan napak tilas ke lokasi pendaratan darurat itu di Desa Serenan,
Juwiring, Klaten, Jawa Tengah.
"Iya dulu pernah napak tilas, sendirian sama keluarga saja," ujarnya.
Bersambung..
(nwk/try)