Tim SAR yang Evakuasi GA421: Bodi Atas Utuh, Bawah Berantakan

Kisah Garuda GA421 di Bengawan Solo

Tim SAR yang Evakuasi GA421: Bodi Atas Utuh, Bawah Berantakan

Muchus Budi R. - detikNews
Senin, 19 Jan 2015 12:16 WIB
GA421 di Sungai Bengawan Solo (Foto: KNKT)
Solo - Ari Kristyono adalah salah satu orang yang datang cukup awal saat terjadi pendaratan darurat Garuda Indonesoa di Bengawan Solo, 16 Januari 2002. Saat itu Ari adalah adalah anggota SAR Universitas Sebelas Maret Solo (UNS). Saat itu SAR UNS termasuk yang dikontak langsung oleh pihak Garuda dan Basarnas untuk membantu.

Dia tiba di lokasi menjelang petang. Sejumlah pejabat militer dan kepolisian sudah berada di lokasi. Proses rescue belum dimulai. Pesawat terlihat menghadap ke selatan dengan moncong ke barat daya. Dugaan Arie, sayap pesawat kanan membentur bebatuan cadas di tepi sungai sehingga menghentikan laju pesawat dan membelokkan arahnya ke barat daya.

"Mungkin kalau tidak ada rintangan itu, pesawat masuk ke palung sungai cukup dalam di depannya. Atau kalau bisa melewati palung, sayap akan membentur pilar jembatan yang hanya beberapa puluh meter di depannya," kenang Ari, Senin (19/1/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pihak Garuda, kata Ari, segera memutuskan untuk menambat pesawat dengan tali. Namun pada tengah malam tali itu putus seiring dengan derasnya arus sungai di musim penghujan saat itu. Peosisi pesawat agak bergeser. Pagi harinya Ari dan kawan-kawan segera mencari tali sling baru untuk kembali menambat pesawat naas itu.

Ari dan kawan-kawan terlibat melakukan evakuasi hingga akhir. Operasi SAR memang hanya fokus pada pesawat, peralatan vital pesawat, dan barang-barang berharga milik penumpang. Hal itu dikarenakan dalam kecelakaan 'hanya' menelan satu korban jiwa, yaitu salah satu pramugari pesawat. Seluruh penumpang selamat dan telah dievakuasi ke Solo sebelum tim SAR datang.

"Kami turun ke bawah. Memang bodi pesawat bagian atas terlihat utuh. Namun sebenarnya bagian bawah berantakan juga. Peralatan bagian bawah tercecer hingga sekitar 300 - 400 meter dari lokasi berhentinya pesawat. Bahkan kotak hitam juga terlepas dan ditemukan di dasar sungai berlumpur dengan proses pencarian cukup melelahkan dan sulit," lanjutnya.

Seingat Ari, ada empat benda yang saat itu sangat dicari. Kepada personel SAR UNS yang saat itu ikut mencari, Basarnas selalu menekankan prioritas pencarian pada empat benda tersebut yaitu kotak hitam, gear box yang berfungsi untuk mengatur distribusi bahan bakar, aki pesawat dan kursi yang diduduki oleh pramugari yang meninggal. Keempat benda itu akan dijadikan bahan pengkajian bagi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

"Semua ketemu, kecuali kursi pramugari. Kotak hitam ditemukan oleh pasukan dari Kopaska sekitar 3-4 hari setelah kecelakaan. Yang paling akhir ketemu adalah aki pesawat. Aki ditemukan masih menempel ketika sayap pesawat diangkat. Semua roda juga ditemukan. Kami menemukan dua roda belang yang telah terlepas jauh dari badan pesawat. Satu roda ditemukan tim lain," ujarnya.

Pencarian kotak hitam, menurut Ari, sangat rumit. Kotak hitam dipastikan terlepas ketika pesawat mendarat di tengah sungai. Semua alat yang mendeteksi sinyal telah diturunkan namun tetap tidak ada tanda-tanda sinyal kotak hitam.

Akhirnya, pencarian dilakukan secara manual. Caranya, dilakukan 'penyapuan' dasar sungai. Kopaska menyapu daerah sekitar ceceran onderdil pesawat. Dipasang tali-tali di dasar sungai. Daerah yang sudah 'disapu' diberi tanda khusus, sedangkan daerah yang sedang 'disapu' diberi bidang kotak dengan batas tali. Begitu terus selanjutnya.

"Akhirnya berhasil ditemukan di dalam lumpur sungai. Setelah semua peralatan vital ditemukan dan dibawa ke Jakarta, selanjutnya proses evakuasi dilanjutkan dengan memotong-motong badan pesawat untuk diangkat dari sungai," kata dia.

(mbr/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads