Serangan pertama datang lewat foto. Menyebar lewat surat elektronik dan ramai di media sosial, foto palsu Samad tengah mesra dengan seorang perempuan beredar. Samad tegas membantah, kalau foto itu hasil rekayasa dan fitnah kepada dirinya. Dan ternyata benar, foto itu foto rekayasa.
Kini Senin (19/1/2015) ramai beredar lewat broadcast message dan media sosial soal tulisan di sebuah blog. Isinya mengenai sikap Abraham Samad yang disebut melakukan pertemuan rahasia dengan petinggi PDIP jelang Pilpres lalu. Samad dituliskan di blog itu kalau dia ingin menjadi Wapres Jokowi. Tapi ditulisan itu disebut karena campur tangan seseorang dia batal jadi Wapres.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu semua fitnah," tegas Samad pagi ini.
Tak hanya itu saja, dia juga menyampaikan kalau dalam setiap memutuskan seseorang menjadi tersangka KPK tak memutuskan seorang diri. Selalu ada ekspose dan rapat pimpinan. Semua keputusan diambil kolektif, untuk semua tersangka tanpa terkecuali. Jadi sulit kalau dendam pribadi kepada seseorang menjadi alasan penetapan tersangka. Lagipula KPK wajib memiliki bukti yang kuat untuk menetapkan tersangka, KPK tak bisa menghentikan proses penyidikan SP3. Karenanya memiliki rekor tuntutan 100 persen sukses di Pengadilan Tipikor.
"Dan penetapan orang jadi tersangka di KPK bukan atas kemauan hanya satu orang pimpinan tapi harus disetujui oleh smua pimpinan dan penyidik di forum ekspose," tutup dia.
(fjp/ndr)