Suhardi termasuk salah satu bintang terang perwira tinggi Polri, meski dia bukan adhi makayasa (lulusan terbaik). Karirnya paling moncer di antara yang lain. Dia menjadi pemegang bintang tiga pertamakali di angkatan Akpol 1985.
Sebenarnya Suhardi sangat paham dengan dunia komunikasi dan pentingnya tampil di media, karena pernah menjabat sebagai Kadiv Humas Polri. Bahkan, dia dinilai sebagai salah satu Kadiv Humas terbaik. Orangnya supel, apa adanya, dan sangat mudah dihubungi wartawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah cepat Suhardi ini kemudian diapresiasi oleh petinggi Polri dan petinggi negeri. Sejak Oktober 2013, Suhardi pun mendapat promosi menjadi Kabareskrim, sebuah jabatan prestisius untuk jenderal bintang tiga. Tapi, yang agak mengherankan, begitu menjabat Kabareskrim, Suhardi mengurangi publikasi media. Padahal, para jenderal bintang tiga yang menjabat Kabareskrim sebelumnya malah menjadikan jabatan ini sebagai panggung untuk tampil ke publik. Mereka selalu hadir dalam jumpa pers karena berhasil meringkus teroris, pengedar narkoba, dan para tersangka kasus kejahatan besar lainnya.
Mengapa Suhardi tidak mau tampil dalam jumpa pers sebagai Kabareskrim? Ternyata pertanyaan detikcom ini juga menjadi pertanyaan banyak media. "Memang, banyak teman-teman wartawan yang menanyakan hal yang sama mengapa saya tidak pernah muncul di media, padahal saya menjabat Kabareskrim," kata Suhardi kepada detikcom di awal Januari 2015 itu.
Suhardi juga jarang bersedia untuk tampil dalam talkshow di televisi. Bila ada kasus besar yang diungkap Bareskrim, Suhardi juga tidak ikut jumpa pers. "Penyampaian kepada publik adalah tugas Kadiv Humas Polri. Sudah ada Kadiv Humas, biar dia yang menyampaikan di media," jelas Suhardi.
Namun, alasan Suhardi tidak hanya itu. Begitu dia mendapat bintang tiga pada 2013, Suhardi sudah memahami bahwa dirinya otomatis menjadi kandidat calon Kapolri. Suhardi yakin dirinya akan menjadi sorotan dan bisa saja setiap langkahnya diisukan macam-macam. "Karena itulah, saya tidak mau tampil di media, karena nanti saya bisa dituduh bahwa saya sengaja melakukan pencitraan untuk menuju jabatan Kapolri. Saya tidak mau begitu," ujar Suhardi.
Suhardi mengaku sangat nyaman dirinya jarang muncul di media, karena dengan demikian, dia bisa fokus bekerja melakukan penegakan hukum dengan profesional. "Yang penting bagi saya, tugas penegakan hukum bisa saya jalankan dengan baik. Saya tidak perlu muncul," ujar Suhardi.
Selama menjadi Kabareskrim, Suhardi dikenal sebagai jenderal yang menjaga integritas dan berani menolak suap. Dia juga bekerja cepat menangani kasus-kasus yang menjadi sorotan masyarakat, termasuk mendatangi para wajib pajak yang mbalelo. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengapresiasi jajaran Bareskrim Polri yang selama ini telah membantu mendatangi wajib pajak yang nakal dalam pembayaran pajak.
"Alhamdulillah, dengan bantuan Bareskrim, pendapatan pajak kita meningkat signifikan. Tahun ini, semoga akan menjadi lebih baik," harap Menkeu beberapa hari lalu saat berkunjung ke detikcom.
Keberadaan Suhardi juga diterima dengan baik di kalangan penegak hukum lainnya, seperti di Kejaksaan Agung maupun KPK. Lewat tangan dia, harmonisasi antara Polri dan KPK bisa terjadi. Selama ini, Suhardi juga dikenal sebagai perwira polisi yang gemar blusukan. Saat menjadi Kapolda Jabar, Suhardi gemar blusukan ke Polres dan Polsek. Pengalaman ini dia tulis dan jadikan buku dengan judul 'Mengubah Pelayanan Polri dari Pimpinan ke Bawahan' yang diluncurkan pada Maret 2013 silam.
Kini, aksi-aksi lincah Suhardi di jajaran Reskrim tidak akan muncul lagi. Tiba-tiba per hari Jumat (16/1/2015), Suhardi yang memang sering bicara ceplas-ceplos itu digeser ke Lemhannas di tengah isu panas pasca penetapan calon tunggal Kapolri Komjen Pol Budi Gunawan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus rekening tidak wajar. Banyak pihak terkejut dengan pencopotan Suhardi dan bertanya-tanya: apa salah Suhardi?
Jabatan Kabareskrim kini dipercayakan kepada Irjen Pol Budi Waseso, yang sebelumnya menjabat Kepala Sespimti (Kepala Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi (Sespimti) Lemdikpol Polri. Sebelumnya, Budi Waseso pernah menjabat sebagai Kapolda Gorontalo dan Kapuspinal Mabes Polri. Budi Waseso merupakan salah satu perwira tinggi Polri yang mendampingi Komjen Pol Budi Gunawan saat uji kelayakan dan kepatutan di DPR.
Pergantian posisi Kabareskrim ini mengiringi Keputusan Presiden yang menunda pelantikan Budi Gunawan sebagai Kapolri karena ada masalah hukum dan mengangkat Wakapolri Komjen Pol Badrodin Haiti sebagai Plt Kapolri. Tokoh bangsa Buya Syafi'i Ma'arif yang menyokong Jokowi dalam Pilpres 2014 lalu termasuk yang menyayangkan pencopotan Suhardi. Bagi, Buya, Suhardi merupakan perwira pemberani dan petarung.
(asy/asy)