"Untuk Rani, secara mental cukup bagus, kalau Denis secara mental belum terlalu, mungkin sampai malam ini saya akan temui dia," kata Hasan Makarim saat hendak menyebrang menuju Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (16/1/2015).
Menurut dia, dalam pendampingan yang dilakukan terhadap para terpidana mati, dirinya selalu memberikan terapi berpikir positif melalui pendekatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk pendekatan dengan Rani sendiri, Hasan mengaku Rani cukup komunikatif, bahkan untuk berkomunikasi lebih dekat, Hasan mencoba menggunakan bahasa asal Rani yaitu bahasa Sunda. Sedangkan keluarganya juga sudah menjenguk Rani.
"Ayah kandung Rani semalam ikut menjenguk. Tidak menunujukkan apa-apa antara ayah dan anak. Hanya saja mereka tampak tegar. Saya bangga lihat mereka," ujarnya.
Dia mengungkapkan, selain permintaan dimakamkam dekat dengan ibundanya. "Masih ada satu permintaan Rani yang hingga saat ini belum diungkapkan. Permintaan Rani dimakamkan dekat ibunya, tapi ada 1 permintaan yang tertunda dan belum diungkapkan. Mungkin menjelang eksekusi," jelasnya.
Hasan juga menggambarkan ruang isolasi di LP Besi yang dihuni 5 terpidana mati. Di ruangan tersebut antara Rani dan empat terpidana mati lainnya dipisah. Ruangan berukuran 5x7 meter yang dihuni mereka pun dianggap Hasan cukup baik.
"Ada dua ruang isolasi. Posisi ruang isolasi Rani di sebelah kanan. Ruangannya cukup bagus terpisah dari terpidana lain di LP besi. Semua di sini 5 orang, 4 laki-laki semua berada di 1 kamar dengan luas kamar 5x7 serta kamar mandi dalam. Bagus kok, paling layak ruang isolasi dan yang paling siap. Tidurnya juga di atas kasur," jelasnya.
(arb/try)