Endang mengungkapkan, proses pengambilan DNA ke Pulau Letti dilakukan Hari Minggu (11/1) melalui laut menggunakan kapal Ditpolair Polda NTT. Kapal yang ditumpanginya dihantam ombak setinggi 5 meter.
"Perjalanan laut estimasinya 33 jam. Namun baru 2-3 jam perjalanan kapal kami dihantam ombak 5 meter yang membuat haluan berubah 45 derajat ke kiri yang seharusnya ke arah 5 derajat ke arah kanan. Karena membahayakan nyawa akhirnya kita putuskan kembali," ungkap Endang di Mapolda Jatim, Kamis (15/1/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat itu saya koordinasi dengan Dandim untuk meminjam heli tapi Dandim tidak berani karena harus melintas di atas wilayah Timor Leste," imbuh mantan Wakapolda Aceh ini.
Semangat pantang menyerah terus dilakukan Endang yang mengaku memimpin langsung pengambilan sampe DNA. "Akhirnya kami menyewa Susi Air dan mereka berani akhirnya kemarin kami terbang dan bisa mengambil sampel DNA bersama tim DVI kami dan didampingi pihak AirAsia," ujarnya.
Endang mengungkapkan perjalanan menuju ke Pulau Letti tidak mudah karena termasuk pulau terluar yang berbatasan dengan Timor Leste dan Australia.
"Di sana sama sekali tidak ada penerbangan perintis. Yang ada hanya transportasi laut. Itupun jadwal kapal 3 bulan sekali. Makanya saya sangat bersyukur bisa sampai di sini dan menyerahkan sampel DNA," tandas Endang.
(ze/try)