Pemandangan di Sungai pun sangat indah. Karena ada tanaman-tanaman cantik yang menghiasi Sungai. Tak ada sampah yang mengambang di Sungai. Dan warna air Sungai yang jernih serta terdapat ikan-ikan kecil membuat asri Sungai Hangang. Kesadaran Masyarakat Korea sendiri akan kebersihan menjadi penunjang utama dalam keasrian Sungai.
Tertib membuang sampah pada tempatnya atau tidak buang air sembarangan membuat sungai tak lagi dipandang sebagai tempat yang kumuh dan jorok karena banyak kuman bersarang di sana. Beda dengan Indonesia yang masih menjadikan sungai tempat sampah berjalan dengan air Sungai yang cokelat dan kotor. Dan tak layak untuk dinikmati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum Pemprov DKI Jakarta merevitalisasi Sungai Ciliwung tahun 2013, kondisi Sungai Ciliwung di sekitar Jl Tambak di dekat pintu air Manggarai, Jakarta Pusat ini memprihatinkan. Hitam, berbau, dan memancing banyak nyamuk. Warga sekitar pun memohon pertolongan Pemprov DKI untuk mengambil tindakan.
Selain Sungai Ciliwung yang direvitalisasi, jalanan di jalan Tambak yang masuk dari depan RSCM hingga tembus di jalan Matraman juga sudah diperbagus dengan pengaspalan jalan. Namun memang masih ada pemandangan yang kurang sedap dipandang mata seperti ada tumpukan sampah yang ada di sudut jalan ketika mau keluar jalan Matraman.
Menurut Tini yang tinggal di sekitar Sungai Ciliwung, warga sudah biasa membuang sampah di tempat itu. Karena biasanya petugas kebersihan juga mengambil sampah-sampah di tempat itu dibanding harus membuang sampah di kali.
"Kita biasa buang di sini karena daripada di sungai kan nanti jadi menyebabkan banjir. Dan gak ada masalah juga sih," ujar perempuan berusia 39 tahun yang sudah sejak dari tahun 2000 bermukim di perkampungan belakang Gedung Kemensos itu, Kamis (13/1/2015).
Dia juga mengatakan bahwa revitalisasi Sungai Ciliwung membuat daerah di sekitar rumahnya menjadi lebih bagus. Walau memang ketika sungai surut, bau tak sedap menyengat hingga rumahnya.
"Bagus sih (Sungai), walau belum jadi 100% kayaknya cuma udah bagus kok. Paling yang nggak enak tinggal di pinggir sungai kalau lagi surut. Baunya nggak sedap. Pas kemarau tuh," katanya.
Senada dengan Tini, Memet yang kesehariannya berjualan Soto Babat di belakang Kantor Kemensos sejak tahun 2009 mengatakan bahwa dahulu Sungai Ciliwung terlihat kotor, dan bau sedap menyengat dari banyaknya sampah-sampah yang dibuang ke Sungai.
"Waktu belum seperti saat ini, banyak juga hewannya kayak biawak gitu. Karenakan dulu ada tanaman-tanaman liar gitu disekitar kali. Terus banyak yang buang air kecil sama besar disini," kata Pria berumur 44 tahun ini.
Revitalisasi dengan pelebaran Sungai Ciliwung merupakan bagian normalisasi sehingga daya tampung sungai bertambah. Bersamaan itu di sepanjang sisi bantaran juga dibangun pagar beton sebagai penahannya agar lagi tidak mudah longsor terseret banjir.
Sementara untuk mengendalikan arus banjir, badan lama sungai yang mati dihidupkan kembali dengan penambahan sejumlah pintu air di dam dalam kota yang menuju Banjir Kanal Timur dan Barat. Bangunan jembatan juga direnovasi tidak lagi memakai kaki-kaki sehingga tidak lagi menjadi tempat tersangkutnya sampah yang terbawa banjir.
Mega proyek ini telah menelan dana sebesar Rp 100 miliar untuk pelaksanaan pembuatan sodetan dan infrastruktur pendukungnya yang telah dimulai sejak Januari 2010.
Sepenglihatan detikcom, Sungai Ciliwung yang sudah direvitalisasi hampir mirip bentuknya dengan Sungai Hangang di Korea Selatan. Di Sungai Hangang, tepian Sungainya ada beberapa tempat duduk dan tanaman-tanaman untuk Masyarakat Korea duduk-duduk sambil menikmati indahnya Sungai Hangang.
Belum diketahui akan seperti apakah Sungai Ciliwung di Jakarta ini. Apakah mungkin akan seperti Sungai Hangang di Korea Selatan yang bisa dinikmati Masyarakatnya sambil duduk-duduk menikmati aliran sungai atau bahkan justru lebih baik. Semoga!
(fjr/fjp)