Menurut Investigator KNKT, Santoso Sayogo, data FDR yang berupa angka ditambah data CVR berupa percakapan awak kabin dapat menggambarkan peristiwa yang dialami QZ8501. Namun jika ada kendala, KNKT akan melakukan simulasi untuk mencocokan data dan rekaman suara kokpit Airbus 320-200 tersebut.
"Misalnya, ada satu data dari CVR yang critical tapi investigatornya tidak bisa mengidentifikasi itu, di beberapa kejadian sebelumnya, sampai mencoba di pesawat yang lain. Suaranya direkam," kata Santoso di kantornya, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (12/1/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesulitannya adalah jika FDR tidak ditemukan bersama dengan CVR, atau sebaliknya. Namun dalam kasus QZ8501, FDR dan CVR ditemukan, bahkan data FDR tengah diunduh oleh KNKT sore ini.
"Tingkat kesulitannya tinggi, tapi kalau ada FDR dan CVR lebih komplit. Sehingga hasilnya pun lebih komprehensif. Jadi prosesnya sangat komprehensif tapi bisa dilakukan di Indonesia," ujar Santoso.
FDR menyimpan 1.200 parameter data yang merekam kecepatan pesawat, ketinggian, arah, tekanan udara hingga temperatur di luar pesawat. Sementara CVR hanya menyimpan rekaman suara di kokpit dan awak pesawat. Melalui pengunduhan data dan proses transkrip, kedua data ini akan dicocokan berdasarkan waktu kronologisnya.
Jika ada suara atau data yang tidak diketahui atau tidak sinkron, KNKT biasanya mengulang peristiwa yang dialami pesawat nahas tersebut melalui simulasi. "Mentranskrip (CVR), apa yang kita dengar, waktunya, kalau suara orang bicara apa, kalau suara alat di pesawat apa yang dihidupkan, apa yang dimatikan, kita catat," ujar Santoso.
β"Semua dikerjakan di Indonesia karena laboratorium KNKT sudah mampu membaca FDR," tutup Santoso.
(vid/spt)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini