"Sedang didata oleh Pangarmabar," kata Moeldoko saat diwawancarai wartawan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (13/1/2015).
"Dalam TNI ada kenaikan pangkat luar biasa. Apabila seorang pemimpin melihat seseorang menjalankan tugasnya di luar panggilan tugas, maka di situ diperlukan langkah-langkah pembinaan kenaikan luar biasa oleh Panglima TNI, oleh kepala staf angkatan. Ini wajar," sambung Moeldoko menjelaskan alasan di balik pemberian kenaikan pangkat luar biasa itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak semuanya kita masukkan. Yang memiliki risiko tinggi, bekerja di luar batas, kita berikan. Penyelam yang memiliki high risk, itu yang kita berikan," jelas jenderal bintang empat tersebut.
"Kalau yang bagian di atas, geladak ya ndak lah (tidak mendapat kenaikan pangkat luar biasa-red). Saya juga bisa kalau begitu," seloroh Moeldoko diikuti tawanya.
Ditambahkan Moeldoko, pemberian kenaikan pangkat luar biasa tersebut dititikberatkan kepada tamtama dan bintara TNI. "Kalau perwira nanti ada kriteria tersendiri," jelasnya.
Moeldoko memuji pekerjaan para prajurit TNI yang tak kenal menyerah dalam proses pencarian dan evakuasi pesawat yang membawa 155 penumpang dan 7 awak itu. Ia mengaku paham betul bagaimana sulitnya situasi di lapangan, apalagi terkait tantangan alam.
"Saya turun dari Banda Aceh ke Crest Onyx, hanya 200-300 meter, dihantam ombak yang 4-5 meter, saya merasakan. Turun dari KRI aja setengah mati sulitnya. Apalagi mereka menghadapi arus bawah laut, yang katanya kalau kekuatannya di luar 2 knot, itu prajurit turun ke bawah seperti bendera. Begitu sulitnya. Saya melihat mereka sering mengabaikan faktor keselamatan dirinya untuk kepentingan tugas," puji Moeldoko.
(bar/jor)