US Airways yang jatuh ke Sungai Hudson diangkut truk (Foto: Wikipedia)
|
Adam Air KI574
Evakuasi kotak hitam (Foto: KNKT)
|
1. Kapal USNS Mary Sears, alat pendeteksi sonarnya diturunkan hingga kedalaman 500 meter untuk bisa mendengar pantulan sonar.
2. The US Navy Supervisor of Salvage mengirimkan towed pinger locator (TPL) dari Washington DC ke Makassar. TPL ini adalat alat untuk pendeteksi sonar dengan kabel panjang yang bisa mendeteksi underwater locator beacon (ULB) dari 2 jenis kotak hitam, baik Flight Data Recorder dan Cockpit Voice Recorder (CVR). TPL ini bisa diturunkan hingga 20 ribu kaki atau 9.072 meter dari permukaan laut.
3. Kapal Baruna Jaya 4 yang dilengkapi dengan color sonar dan multi beam juga dilibatkan untuk mencari serpihan pesawat. Frekuensi akustik sonar yang dimiliki Kapal Baruna Jaya 4 adalah 24 Khz dan mampu mencari hingga kedalaman maksimal 4.000 meter. Alat multi beam juga mampu mencari hingga kedalaman 1.000 meter dan memiliki resolusi menangkap gambar hingga 1 meter di kedalaman 100 meter.
4. Kapal evakuasi bawah laut dari Perusahaan Phoenix International diterjunkan mengangkat kotak hitam pada 24 Agustus 2014. Pada tanggal tersebut, kapal itu mencari kotak hitam dengan melibatkan KNKT, KNKT AS (National Transportation Safety Board/NTSB), Federal Aviation Administration (FAA/Badan Administrasi Penerbangan AS), pabrikan pesawat Boeing, pihak maskapai Adam Air, BPPT dan otoritas pelabuhan Makassar.
5. Remote Operator Vehicle (ROV) dari Perusahaan Phoenic International, Remora 6000, yang bisa turun di kedalaman 3.000 meter. ROV ini memiliki 3 kamera visual, 2 lampu di depan untuk mencari secara visual di dasar laut. Jangkauan visual kamera dari ROV ini hingga 10 meter.
ROV ini juga dilengkapi sonar bawah laut dengan resolusi horisontal hingga 100 meter, lebar 50 meter dan jarak 100 meter. ROV ini dikendalikan dari kapal menggunakan GPS bawah laut. Hasil koordinat GPS ROV dan kapal ini ditandai sebagai lokasi kotak hitam di layar komputer. ROV ini juga dilengkapi lengan robot yang memungkinkan mengangkat objek seberat 25 kg dengan dimensi maksimal 30 cm x 40 cm.
Dari armada dan teknologi di atas, akhirnya kotak hitam Adam Air, Flight Data Recorder (FDR) berhasil diangkat pukul 12.29 WIB tanggal 27 Agustus 2007 di kedalaman 2.000 meter. Sedangkan Cockpit Voice Recorder (CVR) ditemukan pukul 10.00 WIB tanggal 28 Agustus di kedalaman 1.900 meter. Jarak antara FDR dengan CVR di bawah laut sekitar 1.400 meter atau mengalami pergeseran 21 meter.
Adam Air KI574
Evakuasi kotak hitam (Foto: KNKT)
|
1. Kapal USNS Mary Sears, alat pendeteksi sonarnya diturunkan hingga kedalaman 500 meter untuk bisa mendengar pantulan sonar.
2. The US Navy Supervisor of Salvage mengirimkan towed pinger locator (TPL) dari Washington DC ke Makassar. TPL ini adalat alat untuk pendeteksi sonar dengan kabel panjang yang bisa mendeteksi underwater locator beacon (ULB) dari 2 jenis kotak hitam, baik Flight Data Recorder dan Cockpit Voice Recorder (CVR). TPL ini bisa diturunkan hingga 20 ribu kaki atau 9.072 meter dari permukaan laut.
3. Kapal Baruna Jaya 4 yang dilengkapi dengan color sonar dan multi beam juga dilibatkan untuk mencari serpihan pesawat. Frekuensi akustik sonar yang dimiliki Kapal Baruna Jaya 4 adalah 24 Khz dan mampu mencari hingga kedalaman maksimal 4.000 meter. Alat multi beam juga mampu mencari hingga kedalaman 1.000 meter dan memiliki resolusi menangkap gambar hingga 1 meter di kedalaman 100 meter.
4. Kapal evakuasi bawah laut dari Perusahaan Phoenix International diterjunkan mengangkat kotak hitam pada 24 Agustus 2014. Pada tanggal tersebut, kapal itu mencari kotak hitam dengan melibatkan KNKT, KNKT AS (National Transportation Safety Board/NTSB), Federal Aviation Administration (FAA/Badan Administrasi Penerbangan AS), pabrikan pesawat Boeing, pihak maskapai Adam Air, BPPT dan otoritas pelabuhan Makassar.
5. Remote Operator Vehicle (ROV) dari Perusahaan Phoenic International, Remora 6000, yang bisa turun di kedalaman 3.000 meter. ROV ini memiliki 3 kamera visual, 2 lampu di depan untuk mencari secara visual di dasar laut. Jangkauan visual kamera dari ROV ini hingga 10 meter.
ROV ini juga dilengkapi sonar bawah laut dengan resolusi horisontal hingga 100 meter, lebar 50 meter dan jarak 100 meter. ROV ini dikendalikan dari kapal menggunakan GPS bawah laut. Hasil koordinat GPS ROV dan kapal ini ditandai sebagai lokasi kotak hitam di layar komputer. ROV ini juga dilengkapi lengan robot yang memungkinkan mengangkat objek seberat 25 kg dengan dimensi maksimal 30 cm x 40 cm.
Dari armada dan teknologi di atas, akhirnya kotak hitam Adam Air, Flight Data Recorder (FDR) berhasil diangkat pukul 12.29 WIB tanggal 27 Agustus 2007 di kedalaman 2.000 meter. Sedangkan Cockpit Voice Recorder (CVR) ditemukan pukul 10.00 WIB tanggal 28 Agustus di kedalaman 1.900 meter. Jarak antara FDR dengan CVR di bawah laut sekitar 1.400 meter atau mengalami pergeseran 21 meter.
US Airways 1549
(Foto: BBC)
|
Sebanyak 150 penumpang, termasuk 1 orang anak-anak dan 5 awak kapal, selamat. Pesawat berjenis Airbus 320-214 ini akhirnya diangkat dari Sungai Hudson pada 17 Januari 2009. Tali-tali dihubungkan ke badan pesawat dan crane. Kemudian badan pesawatnya diangkat dan ditaruh di kapal tongkang.
(Foto: Reuters)
Perusahaan evakuasi bawah laut Weeks Marine memotong pesawat menjadi beberapa bagian, kemudian menaikkan ke truk trailer untuk dibawa ke New Jersey untuk diinvestigasi.
US Airways 1549
(Foto: BBC)
|
Sebanyak 150 penumpang, termasuk 1 orang anak-anak dan 5 awak kapal, selamat. Pesawat berjenis Airbus 320-214 ini akhirnya diangkat dari Sungai Hudson pada 17 Januari 2009. Tali-tali dihubungkan ke badan pesawat dan crane. Kemudian badan pesawatnya diangkat dan ditaruh di kapal tongkang.
(Foto: Reuters)
Perusahaan evakuasi bawah laut Weeks Marine memotong pesawat menjadi beberapa bagian, kemudian menaikkan ke truk trailer untuk dibawa ke New Jersey untuk diinvestigasi.
AirAsia QZ8501
(Foto: TNI AL)
|
Menko Maritim Indroyono Soesilo menjelaskan ada alat crane dan balon akan dilibatkan mengangkat bodi pesawat AirAsia QZ8501.
"Tadi kami sampaikan, sekiranya nanti tim menemukan bodi besar, langkah apa yang diambil. Selain menggunakan crane juga dengan balon," kata Menko Maritim Indroyono Soesilo.
Hal itu dikatakan Indroyono dalam jumpa pers di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu (7/1/2015). Tampak juga Menhub Ignasius Jonan yang mendampingi.
"Alatnya sudah di Batam," imbuh Indroyono mengenai crane dan balon itu.
"Sudah diturunkan sensor AUV (Automatic Unmanned Vehicle) seperti kapal selam," jelas dia.
Hal yang sama disampaikan Kepala Basarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo. Soelistyo mengatakan bodi pesawat yang besar bisa diangkat setahap demi setahap dengan balon apung.
"Misalnya diangkat dengan crane atau floating ballon setahap demi setahap. Untuk bisa angkat, floating ballon sedikit demi sedikit," jelas dia. Balon atau lifting bag itu bisa mengangkat benda seberat 10 ton.
Ilustrasi balon lifting bag (Foto: SeaFlex.co.uk)
Pada Kamis (8/1/2015) ini, Soelistyo memaparkan kembali cara pengangkatan bodi pesawat itu. Fokus pertama yang akan diangkat khususnya bagian kotak hitam.
"Nggak perlu pakai ROV (Remote Operated Vehicle), diselam saja. Pengangkatan harus dapat izin KNKT," jelas Soelistyo.
Untuk bagian bodi pesawat, nanti akan diikat dengan tali, kemudian tali itu disambungkan ke crane yang ada di Kapal Crest Onyx, diangkat dan ditaruh di geladak.
AirAsia QZ8501
(Foto: TNI AL)
|
Menko Maritim Indroyono Soesilo menjelaskan ada alat crane dan balon akan dilibatkan mengangkat bodi pesawat AirAsia QZ8501.
"Tadi kami sampaikan, sekiranya nanti tim menemukan bodi besar, langkah apa yang diambil. Selain menggunakan crane juga dengan balon," kata Menko Maritim Indroyono Soesilo.
Hal itu dikatakan Indroyono dalam jumpa pers di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu (7/1/2015). Tampak juga Menhub Ignasius Jonan yang mendampingi.
"Alatnya sudah di Batam," imbuh Indroyono mengenai crane dan balon itu.
"Sudah diturunkan sensor AUV (Automatic Unmanned Vehicle) seperti kapal selam," jelas dia.
Hal yang sama disampaikan Kepala Basarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo. Soelistyo mengatakan bodi pesawat yang besar bisa diangkat setahap demi setahap dengan balon apung.
"Misalnya diangkat dengan crane atau floating ballon setahap demi setahap. Untuk bisa angkat, floating ballon sedikit demi sedikit," jelas dia. Balon atau lifting bag itu bisa mengangkat benda seberat 10 ton.
Ilustrasi balon lifting bag (Foto: SeaFlex.co.uk)
Pada Kamis (8/1/2015) ini, Soelistyo memaparkan kembali cara pengangkatan bodi pesawat itu. Fokus pertama yang akan diangkat khususnya bagian kotak hitam.
"Nggak perlu pakai ROV (Remote Operated Vehicle), diselam saja. Pengangkatan harus dapat izin KNKT," jelas Soelistyo.
Untuk bagian bodi pesawat, nanti akan diikat dengan tali, kemudian tali itu disambungkan ke crane yang ada di Kapal Crest Onyx, diangkat dan ditaruh di geladak.