Cerita Petugas Damkar DKI Terjun Ikut Evakuasi Korban AirAsia di Pangkalan Bun

Cerita Petugas Damkar DKI Terjun Ikut Evakuasi Korban AirAsia di Pangkalan Bun

- detikNews
Kamis, 08 Jan 2015 08:34 WIB
Pangkalan Bun - Ada banyak cerita yang terselip dari orang-orang yang dengan gigih membantu proses pencarian dan evakuasi korban AirAsia QZ8501 yang jatuh 11 hari lalu. Salahsatunya Jemmy Berahim (35), relawan Palang Merah Indonesia (PMI)‎ di Pangkalan Bun, Kalteng.

Bapak satu anak itu saban hari sebetulnya bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran di Sudin Damkar Jakarta Timur.‎ Namun musibah AirAsia yang disaksikannya melalui televisi, menggerakkan hatinya untuk ikut turun tangan membantu.

"‎Saya cuma pengen bantu apa yang saya bisa. Ada gunanya saya buat orang lain. Kalau saya lihat di TV, anggota keluarganya sedih. Apa yang bisa bantu ya tenaga saya," kata Jemmy saat berbincang dengan detikcom di atas pesawat CN-295 dari Pangkalan Bun menuju Surabaya, Rabu (7/1/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

‎Pesawat saat itu tengah membawa dua jenazah yang sudah berada dalam peti untuk diidentifikasi di Surabaya dan diserahkan kepada keluarga. Dua jenazah diletakkan memanjang, sementara petugas PMI duduk di samping kiri dan kanannya.

Jemmy bercerita, ‎sudah sejak tahun 2000 dia mendaftarkan diri menjadi anggota PMI di Jakarta. Sejak saat itulah setiap ada musibah, ingin sekali Jemmy hadir. Seperti musibah jatuhnya AirAsia QZ8501 kali ini.

Jemmy dalam misi kemanusiaan di Pangkalan Bun ini ikut bersama super puma ke lokasi pencarian AirAsia untuk evakuasi, lalu sudah dua kali mengantar jenazah ke Surabaya. Baginya menggotong jenazah adalah pekerjaan mulia. "Ada kepuasan sendiri," kata Jemmy.

Pria berusia 35 tahun itu bercerita ketertarikannya menjadi relawan palang merah sebetulnya sudah ditunjukkan jauh sejak dia masih duduk di bangku SMA. Kala itu dia bergabung dalam Palang Merah Remaja (PMR) dan sudah terlibat dalam banyak proses evakuasi.

Di antara yang paling diingatnya adalah saat diminta mengevakuasi jenazah korban kerusuhan tahun ‎1998 di Yogyakarta. "Evakuasi jenazah yang terbakar," ucapnya sambil mengingat-ingat total jenazah saat itu ada 105 jenazah.

Namun bekerja jauh dan meninggalkan keluarga seperti itu, pun bukan hal yang mudah bagi Jemmy. Isterinya yang sudah berhenti dari aktivitas mengajar dan hanya menjadi ibu rumah tangga‎, kerap menunggu kabar. "Kangennya dibuang dulu, telepon-telepon aja," ucapnya tersenyum-senyum.

"Kalau mau naik pesawat telepon, sampai Juanda telepon lagi. Ya tiap mau berangkat‎. Isteri izinin, dia juga liat di TV (berita jatuhnya AirAsia)," lanjutnya.

Jemmy belum tahu sampai kapan bertugas dalam evakuasi korban jatuhnya AirAsia QZ8501 yang masih ada 122 jenazah lagi yang belum ditemukan. Dia hanya berharap bisa semaksimal mungkin‎. Membantu menghilangkan kesedihan keluarga, kata Jemmy.

Nantinya setelah misi ini selesai, dia akan kembali menjadi seorang petugas pemadam kebakaran di Jakarta Timur, menjadi ayah dari seorang anak yang beberapa hari lagi sang anak genap satu tahun, sampai ada panggilan kemanusiaan berikutnya.

(bal/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads