"Jadi 10 negara terlibat dalam konteks investigasi dan SAR," kata Direktur Konsuler Kemlu RI Tri Tharyat di kantornya, Jl Pejambon, Jakarta Pusat, Rabu (7/1/2015).
10 Negara yang dimaksud adalah AS, Australia, Jepang, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Rusia, Tiongkok, Prancis dan Selandia Baru. Bantuan asing ini tidak hanya berupa kapal, heli dan pesawat, tapi juga tenaga ahli di bidang forensik dan investigasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walau sudah banyak bantuan asing di lapangan, Kemlu RI kembali mendapatkan tawaran dari negara lainnya seperti Thailand, India, Vietnam, Uni Emirat Arab, Inggris dan Kanada. Bantuan UEA dan Inggris telah berada di lokasi sebagai tenaga ahli investigasi dan operasional alat detektor canggih. Dengan begitu, jumlah negara yang terlibat menjadi 16 negara.
"Tawaran tadi masih terbuka manakala Basarnas membutuhkan, dan India, Vietnam dan Thailand dalam posisi stanby," ujar Tri.
Tri memperinci bentuk bantuan dari Singapura 6 pesawat dan 5 kapal, Malaysia 1 pesawat dan 5 kapal, Australia 2 pesawat, Korea Selatan 1 pesawat, AS 2 kapal dan 2 heli, Jepang 2 kapal dan 3 heli, Rusia 2 pesawat, Selandia Baru 1 pesawat dan Tiongkok 1 kapal. Bantuan dari Inggris berupa tenaga ahli operator alat detektor laut dalam sebanyak 2 orang. Sementara untuk bantuan investigasi datang dari Singapura 10 orang, Prancis 2 orang Airbus dan 2 investigator kecelakaan penerbangan.
"DVI Polri telah menerima bantuan forensik dari Korea Selatan, Singapura, Australia dan UEA," ucap Tri.
Izin keberadaan bantuan asing di Indonesia diberikan dalam status darurat atau keadaan khusus. Para tenaga asing itu dibebaskan dari visa dan perizinan bea cukainya dibantu oleh Kemlu RI.
"Status darurat ini masih kita berlakukan sampai berakhirnya masa evakuasi," ujar Tri.
(vid/aan)