Perbandingan Pencarian Kotak Hitam Adam Air KI574 dan AirAsia QZ8501

Perbandingan Pencarian Kotak Hitam Adam Air KI574 dan AirAsia QZ8501

- detikNews
Selasa, 06 Jan 2015 13:08 WIB
(Foto: Wikipedia - dok detikcom)
Jakarta - Tim SAR gabungan kini mencari kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501 yang diketahui jatuh ke laut pada Minggu, 28 Desember 2014 lalu. Pencarian kotak hitam mengingatkan pada pencarian kotak hitam Adam Air KI574 yang jatuh ke perairan Majene, Sulawesi Barat, pada 1 Januari 2007 lalu. Ini perbandingannya.

Data perbandingan untuk Adam Air diambil dari laporan final Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dalam situsnya, yang dirilis 28 Maret 2008 lalu dan dari arsip berita detikcom. Sedangkan data untuk AirAsia diambil dari arsip detikcom dari perkembangan laporan Basarnas hingga rilis lembaga yang terlibat dalam pencarian kotak hitam. Berikut perbandingannya:

KEDALAMAN LAUT LOKASI KECELAKAAN

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adam Air: 2.000 meter di Laut Majene Sulbar

AirAsia: 30 meter di Laut Jawa

BANGKAI PESAWAT TERDETEKSI

Adam Air: 8 Januari 2007 oleh KRI Fatahillah yang dilengkapi sonar mendeteksi benda logam di perairan Mamuju, Sulbar, di kedalaman 1.500 meter.

24 Januari 2007 USNS Mary Sears juga mendeteksi logam besar yang diduga bangkai Adam Air di perairan Majene dengan kedalaman 1.800-2.000 di bawah permukaan laut.

AirAsia: Selasa 30 Desember 2014, Komandan Gugus Keamanan Laut Barat (Danguskamlabar) yang bertugas sebagai Komandan SAR Laut, Laksma Abdul Rasyid di atas KRI Banda Aceh kepada wartawan, Rabu (31/12/2014). Pada Selasa (30/12) pukul 20.35 WIB, KRI Bung Tomo menemukan kontak sonar.

"Diduga bangkai kapal AirAsia, di lokasi dekat dengan penemuan mayat," jelas Abdul Rasyid.

ARMADA PENCARI KOTAK HITAM

Adam Air:

1. Kapal USNS Mary Sears, alat pendeteksi sonarnya diturunkan hingga kedalaman 500 meter untuk bisa mendengar pantulan sonar.

2. The US Navy Supervisor of Salvage mengirimkan towed pinger locator (TPL) dari Washington DC ke Makassar.



(Foto: KNKT)

TPL ini adalat alat untuk pendeteksi sonar dengan kabel panjang yang bisa mendeteksi underwater locator beacon (ULB) dari 2 jenis kotak hitam, baik Flight Data Recorder dan Cockpit Voice Recorder (CVR). TPL ini bisa diturunkan hingga 20 ribu kaki atau 9.072 meter dari permukaan laut.

3. Kapal Baruna Jaya 4 yang dilengkapi dengan color sonar dan multi beam juga dilibatkan untuk mencari serpihan pesawat.



(Foto: BPPT)

Frekuensi akustik sonar yang dimiliki Kapal Baruna Jaya 4 adalah 24 Khz dan mampu mencari hingga kedalaman maksimal 4.000 meter. Alat multi beam juga mampu mencari hingga kedalaman 1.000 meter dan memiliki resolusi menangkap gambar hingga 1 meter di kedalaman 100 meter.



(Foto: KNKT)

4. Kapal evakuasi bawah laut dari Perusahaan Phoenix International diterjunkan mengangkat kotak hitam pada 24 Agustus 2014. Pada tanggal tersebut, kapal itu mencari kotak hitam dengan melibatkan KNKT, KNKT AS (National Transportation Safety Board/NTSB), Federal Aviation Administration (FAA/Badan Administrasi Penerbangan AS), pabrikan pesawat Boeing, pihak maskapai Adam Air, BPPT dan otoritas pelabuhan Makassar.


5. Remote Operator Vehicle (ROV) dari Perusahaan Phoenic International berjenis Remora 6000 yang bisa turun di kedalaman 3.000 meter. ROV ini memiliki 3 kamera visual, 2 lampu di depan untuk mencari secara visual di dasar laut. Jangkauan visual kamera dari ROV ini hingga 10 meter.



(Foto: KNKT)


ROV ini juga dilengkapi sonar bawah laut dengan resolusi horisontal hingga 100 meter, lebar 50 meter dan jarak 100 meter. ROV ini dikendalikan dari kapal menggunakan GPS bawah laut. Hasil koordinat GPS ROV dan kapal ini ditandai sebagai lokasi kotak hitam di layar komputer.

ROV ini juga dilengkapi lengan robot yang memungkinkan mengangkat objek seberat 25 kg dengan dimensi maksimal 30 cm x 40 cm.

AirAsia:

Hingga Selasa (6/1/2015) ini, menurut Kepala Basarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo ada 5 kapal dilibatkan mencari kotak hitam di perairan Laut Jawa.

"Ada lima kapal yang sudah masuk. KRI Hasanudin, KRI Usman Harun, KN GeoSurvey, KN Baruna Jaya, KN Resonek, mereka bahu membahu mencari dengan sistem sonar dan pinger locator," jelas Soelistyo.

Sedangkan alat ROV ini dibawa Kapal MGS GeoSurvey dan Kapal Baruna Jaya I. Dua kapal tersebut sudah diketahui membawa peralatan canggih seperti Multibeam Echosounder, dilanjutkan dengan Side Scan Sonar, dan Magnetometer.



POSISI KOTAK HITAM

Adam Air: Dalam laporan KNKT, kapal dari Phoenix menentukan obyek itu berada pada koordinat:

ULB I
003° 40.329’ S 118° 09.382’ E

ULB II
003° 40.8916’ S 118° 08.8566’ E

AirAsia:

Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam/Plt. Deputi Menko Maritim Dr. Ridwan Djamaluddin dalam rilis yang diterima detikcom, Sabtu (3/1/2015) sore menjelaskan pada pencarian hari pertama 1 Januari 2015 antara pukul 10.00-11.00 WIB, kapal Baruna Jaya 1 mendeteksi sebuah obyek di dasar laut. Obyek itu berada pada koordinat 3o 52' 9.44" S; 110o 35' 11.06E; dan kedalaman laut 29 meter.

KOTAK HITAM DIANGKAT

Adam Air:



(Foto: situs KNKT)

Dalam jumpa pers tentang laporan final KNKT, disebutkan Flight Data Recorder (FDR) berhasil diangkat pukul 12.29 WIB tanggal 27 Agustus 2007 di kedalaman 2.000 meter. Sedangkan Cockpit Voice Recorder (CVR) diangkat pukul 10.00 WIB tanggal 28 Agustus di kedalaman 1.900 meter. Jarak antara FDR dengan CVR di bawah laut sekitar 1.400 meter atau mengalami pergeseran 21 meter.

ROV melakukan 5 kali penyelaman dengan total waktu 109 jam.

AirAsia: masih dicari dan belum diangkat

(nwk/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads