"Ini sensitif ya, saya hanya ingin menjawab bahwa semua yang hadir di daerah operasi itu awal mulanya adalah keinginan mereka untuk membantu kita," kata Kepala Basarnas Marsekal Madya FH Bambang Soelistyo di kantornya, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (6/1/2014).
Soelistyo menambahkan, Basarnas sebagai pusat komando satgas QZ8501 tak pernah secara langsung menerima tawaran bantuan asing tersebut. Para pihak yang ingin membantu harus melalui Kementerian Luar Negeri dalam rangka perizinan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak Kemlu sendiri, disebut Soelistyo, telah membatasi bantuan asing dengan cara menentukan kebutuhan Basarnas untuk mencari black box QZ8501. Kebutuhan itu berupa sonar detector, pinger locator, ROV, diver termasuk submersible vehicle.
"Ini jangan beranggapan kita yang minta (bantuan asing), bukan. Mereka tahu kita ada musibah, punya niat membantu, menyampaikan, dan saya ingin mencapai hasil operasi yang optimal. Kita ingin alat kita lengkap supaya bisa segera diselesaikan, ya akhirnya muncullah kehadiran mereka di sini," ujar Soelistyo.
Diketahui saat ini bantuan asing yang telah diterima oleh Basarnas berasal dari AS, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Australia, Tiongkok, Rusia dan Jepang. Mereka menurunkan kapal-kapal SAR dan perang dengan kemampuan sonar locator, pinger locator serta helikopter.
Soelistyo juga menyatakan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tak tinggal diam dalam upaya pencarian ini. KNKT, menurut Soelistyo, mengandalkan Basarnas untuk menemukan black box AirAsia tersebut.
"Mereka (KNKT) nggak punya kapal, mereka itu akan menerima hasil pencarian black box itu. Jadi seluruh operasi ini satu kendali," tutup Soelistyo.
(vid/jor)