Berdasarkan keterangan yang didapat detikcom dari Dispen Korps Marinir, pelepasan Marsetio oleh Korps Marinir dilakukan di Kesatrian Sutedi Senaputra Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Senin (05/01/2015). Apel khusus pelepasan Marsetio yang dipimpin langsung oleh Komandan Korps Marinir Mayjen (Mar) A. Faridz Washington itu diikuti oleh ribuan prajurit Marinir beserta pejabat terasnya.
Acara pun berlangsung cukup haru terutama saat Marsetio berdiri di hadapan ribuan prajurit Marinir dan memohon diri dan pamit. Marsetio menyatakan hari Seni (5/1) merupakan hari terakhirnya berdiri di depan prajurit sebagai pemimpin TNI AL.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laksamana Bintang 4 itu pun mengaku, meski telah purna tegas, ia tetap akan siap maju perang jika dibutuhkan. Marsetio mengaku akan segera angkat senjata kala ada ancaman terhadap NKRI.
"Saya siap memakai helm, memanggul ransel, mengangkat senjata bersama-sama dengan prajurit Korps Marinir, mendarat di pantai musuh serta mengobrak-ngabrik pertahanan musuh yang mengancam kedaulatan NKRI sebagai seorang petarung yang rela mengorbankan jiwa raga demi kejayaan tanah air indonesia," tegas Marsetio.
Tak lupa Marsetio mengungkapkan kebanggaannya terhadap Korps Marinir yang senantiasa hadir disetiap palagan baik di dalam maupun di luar negeri, dengan membawa panji-panji keberhasilan. Kiprah hebat Marinir yang tak gentar dengan lawan maupun bakal lawan disebutnya membuahkan hasil gemilang selama ini.
Marsetio mengatakan hal tersebut tidak terlepas dari kerja keras, keikhlasan dan kebersamaan yang menjadi jati diri Korps Marinir serta telah terpatri dalam diri prajurit baret ungu. Itu membuat Marsetio yakin bahwa Korps Marinir mampu untuk menghadapi seberat apapun tantangan tugas di masa yang akan datang.
"Sebelum kaki ini melangkah meninggalkan Ksatrian Marinir Sutedi Senaputra yang penuh wibawa ini, perkenankan saya menyampaikan ungkapan tulus dari jiwa keprajuritan yang telah terpatri selama menjadi perwira Angkatan Laut, bahwa kalian adalah prajurit-prajuritku yang sungguh hebat dan mengagumkan,β tuturnya.
Usai apel, Marsetio beserta istrinya, Peny Marsetio, menjalani prosesi pelepasan. Setelah disematkan kalung bunga, Marsetio dan Peny dilepas oleh ribuan prajurit baret ungu yang membentuk lorong. Keduanya dilepas oleh prajurit dengan menaiki kendaraan tempur (ranpur) RM 70 Grad.
(ear/fjp)