"Itu (tugas pertama) betul sekali, kemampuannya sama dengan KRI Bung Tomo," kata Kadispen TNI AL Laksamana Pertama Manahan Simorangkir kepada detikcom, Minggu (4/1/2015).
KRI Usman Harun diterjunkan setelah KRI Bung Tomo ditarik dari operasi evakuasi. Kapal yang juga memiliki sistem sonar ini diterjunkan berbarengan dengan KRI Frans Kaisiepo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam operasi pencarian ini, KRI Usman Harun akan bekerja bersama kapal perang Amerika Serikat, Malaysia, dan juga Singapura. Kerja sama KRI Usman Harun dengan kapal Singapura menjadi menarik, mengingat Indonesia dan Singapura sempat terlibat perdebatan soal nama Usman Harun.
Singapura pernah menyampaikan keberatan atas nama Usman Harun untuk kapal bernomor lambung 359 itu. Bagi Singapura, Usman dan Harun, yang diambil dari nama Serda KKO (Anumerta) Usman Janatin dan Kopral Harun, adalah penjahat perang. Usman dan Harun dihukum gantung oleh Singapura dengan tuduhan pengeboman Macdonald House, sebuah gedung di wilayah pusat kota Singapura, pada 10 Maret 1965.
Namun bagi Indonesia, Usman dan Harun adalah pahlawan. Pemerintah bergeming dengan keberatan Singapura, Usman dan Harun tetap menjadi nama kapal perang Indonesia.
KRI Usman Harun memiliki kemampuan navigasi dan pencarian yang tak jauh berbeda dengan KRI Bung Tomo karena keduanya memiliki jenis yang sama. KRI Usman Harun memiliki radar berbasis sonar di lambung Thales Underwater System, radar inilah yang diandalkan KRI Usman Harun untuk membantu pencarian.
"Nanti pergantiannya dilaksanakan di daerah operasi sehingga semua data dan assesment yang sudah didapatkan sebelumnya oleh KRI Bung Tomo diberikan kepada KRI Usman Harun. Sehingga dijamin keberlanjutan dari tugas yang diemban oleh KRI Usman Harun," tutup Manahan.
(vid/trq)