Sekolah di Aceh Aktif Kembali
Rabu, 26 Jan 2005 14:09 WIB
Banda Aceh - Sekolah-sekolah di Banda Aceh dan Aceh Besar mulai beraktivitas kembali, Rabu (26/1/2005). Siswa-siswa dari sekolah yang hancur ditempatkan di beberapa sekolah terdekat yang masih berdiri. Sedangkan siswa yang masih mengungsi di kamp-kamp pengungsian selain mendaftar di sekolah-sekolah terdekat, juga belajar di tenda-tenda darurat. Di kamp pengungsian Posko 85, Lhoknga, Aceh Besar, ratusan anak usia sekolah yang terdiri dari TK sampai SMP belajar di tenda-tenda darurat yang diberikan UNICEF. Ada empat tenda yang menampung ratusan anak-anak tersebut. "Karena ini hari pertama, kita hanya melakukan pendataan saja dulu. Setelah itu bermain dan menggambar," ujar Husni, salah satu mahasiswa asal Jakarta yang kini menjadi relawan tenaga pengajar untuk murid-murid di posko tersebut pada detikcom, Rabu (26/1/2005). Selain Husni, ada 30 relawan pengajar lainnya di tempat tersebut. Sejauh ini, kendala yang paling dirasakan Husni adalah ketika dia mulai berkomunikasi dengan puluhan anak-anak usia Sekolah Dasar tersebut. Pasalnya, sejumlah anak yang biasanya menggunakan bahasa daerah menjadi terkendala ketika diajak berbicara dalam bahasa Indonesia. "Tapi mudah-mudahan, ke depannya bisa lebih bagus. Pelan-pelan," katanya. Para relawan ini akan bekerja selama 3 bulan sampai enam bulan kedepan. Anak-anak tersebut umumnya memiliki perlengkapan alat tulis yang disumbangkan UNICEF. Tak ada siswa yang memakai baju seragam. Bangku atau meja juga tidak terlihat di setiap tenda. Mereka yang menulis, berhitung dan menggambar di atas kertas, terpaksa melakukannya di atas terpal yang menjadi alas tenda. "Banyak teman di sini. Tapi sedih karena sekolah sudah tidak ada lagi," tutur Ulfa Amna, murid kelas III dari Madrasah Ibtidaiyah Negeri Lhoknga yang kini terpaksa mengungsi ke tempat tersebut dengan 4 saudaranya. Ayah dan ibu serta dua saudara laki-lakinya menjadi korban dalam bencana gempa dan tsunami yang terjadi 26 Desember 2004 lalu. Sementara itu, di SD Negeri 56 Banda Aceh, ratusan murid hadir dan melakukan daftar ulang. Para pengungsi yang sebelumnya berada di lokasi ini, dipindahkan ke lapangan bola yang tidak jauh dari lokasi sekolah tersebut. Meski umumnya para murid memakai seragam, terlihat satu dua murid memakai baju bebas. "Soalnya tidak punya baju lagi. Rumah kami sudah tidak ada," ungkap Novandi A, murid kelas V. Novandi yang kini tinggal sebatang kara -karena ayah, ibu dan dua adiknya turut menjadi korban- mendaftar ulang ke sekolah tersebut ditemani pamannya. Tak ada lagi guratan kesedihan di wajahnya. Seperti anak-anak lainnya, Novandi bermain bersama teman-temannya. Menurut Wakil Kepala Sekolah SD Negeri 56, Yusfaini, Spd, jumlah murid di sekolah tersebut berjumlah 320 orang. Sampai hari ini pendataan murid terus dilakukan. Tapi kemungkinan besar, menurut Yusfaini, banyak muridnya yang selamat dari amukan gempa dan tsunami karena pada umumnya murid-murid SDN 56 tinggal di kawasan Ulee Kareng dan sekitarnya yang relatif aman dari amukan tsunami. "Guru-guru di sini juga selamat semua. Tapi ibu kepala sekolah kehilangan dua orang anaknya dan masih mengungsi di Samalanga, karena rumahnya hancur," terang Yusfaini. Sekolah-sekolah lainnya di Banda Aceh umumnya juga baru melakukan pendaftaran ulang. Proses belajar mengajar belum terlihat sampai siang hari ini. "Mungkin baru bisa mulai belajar seperti biasa hari Senin nanti," kata Yusfaini. Karena selain pendaftaran ulang, beberapa sekolah yang digabung di SD Negeri 4 Banda Aceh, seperti SD Negeri 15 Banda Aceh dan SD Negeri 38 Banda Aceh harus menyusun waktu belajar terlebih dahulu, agar tidak berbenturan.
(asy/)











































