"Mudah-mudahan kondisi badai di lokasi pencarian sudah mulai reda. Apabila masih terjadi badai, tim akan tetap bekerja dengan maksimal," ungkap Ketua Tim Ekspedia Baruna Jaya I, Rahardian, Jumat (2/1/2015).
Kapal Baruna Jaya milik BPPT ini, sehari sebelumnya sudah mengevakuasi jenazah korban AirAsia. Tim ekspedisi BJ 1 nantinya akan kembali bergerak ke lokasi pencarian yg berjarak 7 jam perjalanan dari Teluk Kumai dengan kecepatan 9-10 knot perjam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kegiatan dilanjutkan dengan pencarian di lokasi yang dibuat berdasarkan model hidrodinamika daerah SAR yang dibuat berdasarkan lokasi temuan objek dan jenazah dibandingkan dengan waktu QZ8501 hilang kontak dan pola arus setempat,” terangnya.
Kapal Riset BJ I, telah dibekali empat peralatan yakni, "multi beam echo sounder" yang berfungsi untuk melakukan pemetaan biometri dalam laut. Kedua adalah "side scan sonar" yang juga berfungsi memetakan dengan jangkauan yang lebih tajam. Ketiga yakni "megato meter" atau alat deteksi logam yang dipakai apabila hasil yang didapat oleh kedua tes awal menunjukkan indikasi adanya objek di dasar laut.
"Yang keempat adalah ROV (remote operated vehicle) yang berfungsi menampilkan visual real (gambar video) dari dasar laut. Keempat alat tersebut akan bekerja secara bergantian. Dengan begitu, data yang didapat sudah terkonfirmasi kebenarannya," katanya.
Dirinya menambahkan, Baruna Jaya akan selalu berkoordinasi dengan pihak Badan SAR Nasional (Basarnas) selaku koordinator tim pencarian dan evakuasi pesawat Air Asia yg hilang.
"Di tengah cuaca yang tidak menentu saat ini, mudah-mudahan BJ 1 dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, dan menemukan pesawat AirAsia yang hilang," ujar Rahardian.
(ndr/mad)