Kenangan Yunyin soal Bakso Ikan dan Pamitan Terakhir Samuel Sekeluarga

AirAsia Ditemukan

Kenangan Yunyin soal Bakso Ikan dan Pamitan Terakhir Samuel Sekeluarga

- detikNews
Kamis, 01 Jan 2015 16:45 WIB
Samuel dan keluarga semasa hidup/M Aminudin
Malang - Samuel Joyo Sentoso (45), penumpang AirAsia QZ8501, membawa bakso ikan dan camilan khas Malang sebagai oleh-oleh kerabatnya di Singapura. Oleh-oleh itu tak pernah sampai setelah pesawat rute Surabaya-Singapura itu mengalami musibah di Selat Karimata.

Samuel terbang bersama istri Kartika Dewi (40), anak tunggalnya Yonatan Subastian (12). Ia sengaja membawa oleh-oleh karena merupakan itu kunjungan pertamanya ke Singapura. Sebelumnya, pemilik toko pakaian anak di kawasan Junrejo, Kota Batu, ini banyak menghabiskan liburan di Pulau Bali.

"Ada kerabat istrinya di Singapura. Karena ingin berkunjung Samuel bawa oleh-oleh untuk dibawa," kata Yunyin, ibu kandung Samuel ditemui detikcom, Kamis (1/1/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yunyin tinggal di Jalan Achmad Yani, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, mengaku, setidaknya 100 bungkus bakso ikan dibawa Samuel untuk oleh-oleh. Tak hanya itu berbagai macam camilan khas Kota Malang dibawa untuk melengkapi.

"Bawa banyak oleh-oleh, harapannya agar bisa menyenangkan saudara di sana (Singapura,red)," ungkap ibu tiga anak ini.

Yunyin menambahkan, Samuel selalu berbagi dan memperhatikan orang lain. Ia tak pernah melupakan detik-detik Samuel dan keluarganya berangkat dari rumahnya di Kota Batu, Minggu (28/12) pukul 01.30 WIB.

Samuel, istri dan anaknya menumpang taksi menuju kerabatnya di Jalan Oro-Oro Dowo, Kota Malang. Mereka, Monita Wahyuni dan Darmaji, keduanya juga ikut menumpang AirAsia QZ8510.

"Dari hari Jumat saya diminta tidur di rumah Samuel. Sampai dia berangkat ke Singapura," cerita Yunyin.

Masih diingat oleh Yunyin saat mengajak Samuel, menantu dan cucunya berdoa meminta keselamatan kepada Tuhan.

"Saya ajak berdoa, agar selamat sampai tujuan. Samuel mau meskipun taksi sudah menunggu," ingat Yunyin seraya meneteskan air mata.

Sangat terekam dalam benak Yunyin tatapan terakhir Samuel kepadanya, meski tidak ada firasat apapun saat itu. Yunyin sempat mengingatkan Yonatan cucunya agar memakai mantel yang dibawa. "Saya bilang ke Yonatan, agar mantelnya dipakai," katanya.

Sebagai seorang ibu, Yunyin terus menatap kepergian putra sulungnya itu. Diakuinya, ini merupakan kepergian pertama Samuel ke Singapura. "Pukul 4 pagi, Samuel telepon bilang kalau sudah sampai di bandara. Saya titip pesan agar hati-hati," akunya.

Tiga jam berselang, Yunyin tak kuasa menahan tangis saat mendengar pesawat yang ditumpangi putranya hilang kontak. Dirinya pasrah kepada Tuhan dan menunggu adanya mukjizat. "Saya pasrah, Tuhan pasti punya rencana," ungkapnya menyambung cerita.

Yunyin tidak bisa berkata apapun mengenai musibah yang menimpa putranya tersebut. Kuasa Tuhan dan mukjizat-Nya menjadi harapan terakhir menyelamatkan Samuel sekeluarga. "Saya hanya bisa pasrah," tutupnya.

Di mata Yunyin, putra tunggal dari pasangan Samuel dan Kartika itu merupakan sosok periang dan cerdas. "Dia (Yonatan) anaknya cerdas, selalu tersenyum dan baik kepada orang," ucap Yunyin seraya menangis.

Yonatan bersekolah di SMPK Charis kawasan Tidar, Kota Malang. "Dia (Yonatan) senang berbagi makanan yang dibawa ke sekolah. Sangat murah hati," kata Yunyin.


(fat/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads