Di tengah gulungan ombak dan tingginya gelombang, para awak kapal KRI Banda Aceh tetap turut merayakan tahun baru, hanya saja dengan cara yang berbeda. Tentunya tak ada kembang api maupun terompet dalam perayaan tahun baru di kapal.
Sebab sebagian besar KRI Banda Aceh merupakan unsur besi yang mudah terbakar. Ditambah lagi, kapal ini mengangkut belasan drum avtur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perayaan kecil ini hanya diikuti sekitar 6 orang. Sebab para awak kapal lainnya telah beristirahat karena kelelahan setelah seharian bertugas di kapal. Sementara yang lainnya tengah bertugas jaga.
Acara bincang-bincang ini dilakukan di hanggar, yang terletak di dekat hellydeck. Sehingga dapat langsung melihat kondisi di luar kapal.
Suasana di luar tampak gelap gulita, dengan angin yang begitu kuat. Jauh di luar sana, tampak kerlipan cahaya dari kapal-kapal lain di sekitar KRI Banda Aceh. Rintik gerimis menambah syahdu suasana di tengah kapal.
"Saya sudah 3 tahun berturut-turut tidak merayakan tahun baru bersama keluarga. Selalu berlayar," ujar Cahyo.
Obrolan kemudian berlanjut pada hal-hal yang dialami pada siang hari. Sekitar pukul 00.30 WIB, para awak kapal yang berkumpul mulai bubar.
"Sudah tahun baru kan, selamat tahun baru semuanya. Mari istirahat, yang penting sudah merayakan tahun baru, sudah afdhol," celetuknya sambil terkekeh.
"Saatnya instrospeksi, mengapa Tuhan selalu memberi bencana besar kepada kita setiap akhir tahun. Dari mulai tsunami, gempa Yogya, hilangnya pesawat Adam Air, AirAsia, dan banyak lagi," tambahnya, menutup perbincangan malam yang semakin sunyi.
(kff/vid)











































