Awan kelabu tebal bersambung saat itu diiringi oleh hujan tiada henti sejak pagi setelah subuh. Tapi bagi Rahmat, itu bukan halangan untuk tetap melaut.
"Waktu itu sekitar pukul 07.00 WIB saya dengar dentuman keras. Tidak lama dari itu langsung ada kabut, kabut yang biasanya cuma ada di musim teduh (kemarau)," tutur Rahmat mengawali cerita di Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalimantan Tengah, Rabu (31/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi dua kawan dia sesama nelayan tak percaya akan simpulan itu. Mereka tak berpikir sejauh itu dan memilih menunggu hujan reda, ombak turun, dan kembali melaut.
"Padahal sebelum suara dentuman, kawan-kawan saya lihat ada pesawat dari atas Pulau Senggaro ke arah laut. Katanya agak menurun, tapi habis itu hilang," ujar bapak tiga anak itu.
Hujan tak kunjung reda, hanya berkurang, dan Rahmat pun kembali mencari ikan. Tapi ombak setinggi dua meter kala itu tak menghantarkan ikan untuk Rahmat.Tak ada tangkapan hari itu.
"Besok harinya (Senin) saya pulang. Pas lihat berita ada pesawat hilang, saya langsung ke rumah Pak Lurah dan langsung lapor," kata warga Desa Kubu tersebut.
Rahmat adalah saksi kunci upaya pencarian pesawat berpenumpang 155 tersebut. Lewat petunjuknya, tim Basarnas dan gabungan kemudian menyisir area di sektor V, hingga akhirnya ditemukanlah serpihan dan jenazah.
(bpn/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini